“Mamahh... Aku berangkat dulu
ya!!” Teriak Nobi dari ruang tamu.
“Iya Dhin hati-hati ya!!” Balas
mama Nobi dari belakang dapur yang sedang sibuk memasak.
Iya,
dialah wanita remaja yang hidup dalam keluarga yang bisa dibilang biasa-biasa
saja tidak kaya ataupun miskin. Namanya Novinta Dhini wanita kelahiran Bali 26
November 1995 ini memang wanita yang bisa dibilang manis, pintar, dan terkenal
ramah dikalangan sekolahnya bahkan ada beberapa laki-laki yang menyukainya dan
mencoba meminta Nobi (Begitulah ia dipanggil oleh teman-temannya) untuk menjadi
pacarnya namun Nobi tidak mau karena Nobi sudah mempunyai pasangan sejak kelas
1 SMK. Sekarang ia duduk dibangku kelas 3 SMK Negeri di daerah Jakarta, Nobi
pindah ke Jakarta dengan orang tuanya pada umur 7 tahun hingga sekarang. Ia
dikenal sebagai “Juara tetap peringkat 5 besar” dalam kelasnya, tak pernah
sekalipun peringkatnya turun dari 5 besar.
Nama
pacar Nobi yang dari kelas 1 SMK ini adalah Raga. Raga ini juga bisa dibilang
salah satu bintang sekolah karena selain wajahnya yang tampan, pintar berolah
raga, ia pun juga termasuk dalam 5 besar dikelasnya. Namun dibalik kesempurnaan
yang ia miliki tersebut ada 1 sifat yang menurut teman-temannya sangat jelek
dari seorang Raga, yakni playboy. Namun seperti yang kalian ketahui Nobi tidak
percaya dengan kata-kata teman-temannya itu karena sudah terbukti Raga bertahan
selama 2 tahun.
“Ehh Nob mau kemana lo? Pelajaran
baru setengah dimulai eh Nob...” Temannya bertanya pada Nobi namun Nobi tidak
menghiraukannya ia langsung pergi keluar kelas sambil menutupi mulutnya.
“Nob lo kenapa deh tadi tau-tau
keluar gitu nggak izin lagi sama bu Wanti.” Tanya lagi saat Nobi sudah kembali
kekelas.
“Ah pengen tahu banget lu
hehehe.” Ledek Nobi.
“Serius Nob malah ngeledek ih.”
“Ntar juga lo tau sendiri wleee
haha udah ah perhatiin aja tuh dipapan tulis.” Nobi mengalihkan pembicaraan
temannya itu.
Nobi
memang sering sekali bertingkah aneh, seperti contohnya ya tadi ia sering
keluar kelas tanpa izin dengan gurunya dan anehnya ia selalu keluar kelas
sambil menutupi mulutnya. Setiap kali ia ditanya oleh teman-temannta ia selalu
tidak menjawab atau menjawab dengan bercanda atau tidak serius.
Tidak
seperti gadis-gadis SMK lainnya yang selalu berangkat atau pulang sekolah
membawa kendaraan sendiri atau naik bus sendiri, Nobi selalu diantar jemput
oleh supir dari kantor ayahnya.
Cerita
dimulai saat Nobi masih duduk dibangku kelas 1 SMK saat ia baru beberapa minggu
masuk SMK dan ia baru saja berkenalan dengan Raga saat itu di kantin sekolah.
“Hai, boleh gabung?” Tanya Raga.
“Eh emmm boleh-boleh gabung aja.”
Jawab Nobi yang sedang duduk sendirian di kantin.
“Emm aku Raga.” Sambil
menjulurkan tangan.
“Aku Novinta Dhini cuman
temen-temen kelasan biasa manggil aku dengan sebutan Nobi.” Sambil berjabat
tangan dengan Raga.
“Kamu jurusan apa? Kok aku jarang
lihat kamu ya?”
“Aku di jurusan akuntansi, iya
memang aku jarang keluar kelas ini aja karena lupa nggak bawa bekal dan
akhirnya jajan di kantin hehe. Kalau kamu jurusan apa?”
“Aku di pemasaran hehe.”
Beberapa
jam Nobi dan Raga mengobrol di kantin sekolah dan tampaknya mereka sangat cepat
akrab.
Setelah
beberapa hari Raga dan Nobi saling dekat akhirnya Raga memberanikan diri untuk
meminta nomor hp Nobi sekaligus mengajak jalan Nobi ke suatu Mall yang ada di
Jakarta.
“Emm Nob aku boleh minta nomor
kamu?”
“Ohh boleh Ga boleh bentar ya....
nih.” Sambil memberikan kertas berisikan nomornya.
“Nobi.”
“Iya?”
“Malam minggu kosong?”
“Hah?”
“Eh salah ya?”
“Hahaha engga kok, hmm kosong,
kenapa?”
“Kita jalan yuk.” Ajak Raga
dengan malu-malu.
“Jalan? Kemana?”
“Kemana aja deh nonton juga ayo,
yang penting mau ngga?”
“Hmmmm boleh deh.”
“Asiiik sampai ketemu malam
minggu ya nanti aku kabarin via sms lagi.”
“Hehe iyaa sampai ketemu juga.”
Dan
akhirnya mereka pun demakin dekat, pada akhirnya setelah 1,5 bulan dekat Raga
memberanikan diri untuk menyatakan cinta pada Nobi, dan Nobi pun langsung
menerima karena sudah sangat dekat.
“Nob lo jadian sama Raga?” Tanya
Delima teman sekelas Nobi dan juga teman sekelas Raga sewaktu SMP.
“Iya Del baru 2 hari kemarin
hehe.”
“Ckckckck.” Sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Kenapa Del kayaknya heran gitu?”
“Ngga apa-apa kok Nob gue berdoa
yang terbaik aja deh buat lo sama Raga.”
“Ohehe iya Del makasih yaaa.”
Suatu
hari Delima dan keluarganya sedang makan disebuah restoran yang ada di salah
satu Mall di bilangan Jakarta, saat Delima sedang asyik makan bersama
keluarganya ia melihat lelaki yang sosoknya mirip Raga dan setelah ia perjelas
itu memang Raga namun ada yang aneh, saat itu Raga tidak bersama Nobi melainkan
bersama wanita lain dan mereka terlihat sangat mesra. Delima melihat mereka
berdua masuk ke sebuah bioskop yang ada di Mall tersebut. Saat itu ia berniat
ingin memberitahu Nobi namun karena ia baru melihat sekali akhirnya ia
mengurungkan niatnya untuk memberitahu Nobi dalam arti ia ingin menelusurinya
dahulu.
4
hari setelah kejadian tersebut Delima lagi-lagi pergi ke Mall tersebut untuk
membelikan baju untuk ibundanya yang sedang ulang tahun. Tanpa ia duga
lagi-lagi ia melihat Raga bersama dengan perempuan yang ia lihat 4 hari yang
lalu, mereka terlihat lebih mesra, Delima melihat mereka berdua sedang makan di
restoran tempat Delima makan waktu itu. Mereka terlihat bergandengan tangan,
berpelukan, bahkan Raga sempat mencium kening wanita itu. Akhirnya Delima sadar
bahwa itu benar-benar Raga pada keesokan harinya saat di sekolah ia berniat
memberitahu Nobi tentang kejadian hari itu.
“Nob!!! Nobi!!!!!” Panggil Delima sambil berlari menuju kearah Nobi.
“Eh Delima kenapa lo kelihatannya
buru-buru banget nyamperin gue, kangen ya hehe.”
“Nob nggak ada waktu buat
bercanda....” Sambil terengah-engah.
“Yaudah-yaudah tarik napas dulu
baru cerita.”
“Gini Nob.. Huh.... Jadi pertama
hari minggu kemarin kan gue pergi makan sama keluarga gue di BS nah pas gue
lagi enak-enak makan gue lihat si Raga jalan sama cewe lain dan kayaknya itu
cewe bukan dari sekolah sini gue lihat mereka berdua nonton di bioskop, nah
yang kedua kemarin nih hari kamis gue lagi belanja baju buat hadiah nyokap gue
eh gue ngeliat Raga sama cewe yang hari minggu nonton sama dia, tapi kalau yang
kemarin gue lihat mereka makan doang di restoran udah gitu nih ya mereka berdua
pegangan tangan mesra gitu deh.”
“Udeh?”
“U-udah Nob.”
“Delima temen gue gini ya kemarin
itu Raga main futsal sama teman-temannya, terus hari minggu itu Raga pergi sama
keluarganya ke puncak jadi gue rasa semua yang lo lihat itu cuman ilusi kali.”
“Yaampun Nobi, nih ya gue itu
teman SMP nya Raga gue tau fisik nya dia kayak gimana nggak mungkin lah kemarin
itu cuman ilusi.”
“Duh Del liat jam deh ini kan
udah siang nah keburu bel masuk mending masuk yok ah.”
“T-tapi Nob...”
“Udah ah dadah gue duluan!!!”
Teriak Nobi sambil berlari menuju gerbang sekolahannya.
“Nobi!!!! Ah ilaah nih anak batu
bener.” Susul Delima.
Waktu
sudah berjalan selama 1 tahun dan Nobi masih bersama Raga, sekarang mereka
berdua duduk dibangku kelas 2 SMK. Di kelas 2 ini entah kenapa kelakuan Raga
semakin menjadi-jadi. Ia masih sering menyelingkuhi Nobi bahkan di kelas 2 ini
ia sudah 3 kali menyelingkuhi Nobi dengan wanita yang berbeda, dan 2
diantaranya sudah dipergoki oleh Nobi sendiri namun memang karena perasaan Nobi
memilih memaafkan Raga dan melanjutkan hubungannya meski hatinya sakit.
Saat
itu Frieska (Teman sekelas Nobi) dan kakaknya Melody (Sudah duduk dibangku
kuliah) sedang jalan-jalan disebuah Mall dikawasan Senayan. Frieska sudah
mengetahui hubungan Nobi dan Raga sejak kelas 1. Saat Frieska dan Melody sedang
berada di mall untuk berbelanja, Frieska seperti melihat Raga sedang menemani
seorang wanita berbelanja juga.
“Fries gimana baju yang ini kalau
buat aku bagus nggak?” Tanya Melody pada Frieska.
“.......” Frieska hanya bengong
meyakinkan bahwa itu bukan Raga pacar dari temannya sendiri, Nobi.
“Fries? Frieskaaa!!!” Teriak
Melody.
“Eeh iya iya apasih kak ih
berisik banget.”
“Ya habis kamu ditanya nggak
jawab huh.”
“Ih itutuh lihat orang pacaran
disana.”
“Ya terus kenapa? Kamu iri ya?
Haha dasar Jomblo.”
“Yeee kayak kakak nggak aja, eh
bukan ituuuu ih. Itutuh cowonya temen aku kak iya dia tuh udah punya pacar nah
pacarnya tuh temen aku tapi kok malah dia jalan sama cewe lain ya?”
“Hah?! Serius kamu? Emang ya cowo
jaman sekarang itu lebih banyak nyakitin dibanding nyayangin!”
“Ah elah malah curhat eta teh.”
“Yeee naon deui.”
Setelah
Frieska berdebat dengan kakaknya ia langsung berinisiatif memberitahu Nobi
lewat sms kalau ia melihat Raga sedang menemani wanita lain berbelanja.
“Nob.”
“Iya Fries?”
“Gue lihat Raga nih di mall dia
lagi sama cewe nemenin belanja.”
“Hah?! Serius?!”
“Serius Nob coba deh lo telfon
dia sekarang.”
“Iya iya makasih Fries.”
Akhirnya
Nobi langsung menelfon Raga.
“Truuuutt.... Truuuuuttt....”
“Eh sayang sebentar ya ada telfon
dari papah aku.” Bohong Raga pada wanita yang sedang ia ajak belanja.
“Iya sayang.” Jawab perempuan
itu.
“Halo Nob kenapa?” Raga menangkat
telfonnya dan berbicara agak pelan.
“Ga, kamu dimana? Lagi apa?”
“Aku mmm a-aku lagi nemenin
saudara aku belanja.”
“Belanja? Kok suaranya dipelanin
gitu kenapa sih?”
“Iya disini nggak boleh ngomong
keras-keras soalnya mmm soalnya ah iya ada yang fashion show.”
“Hmmm bener?”
“Bener masa iya aku bohong.”
“Hmmm yaudah udah dulu ya.”
“Iya Nob.”
Dengan mudahnya Nobi percaya pada Raga dan Nobi
langsung mematikan telfonnya, lalu ia langsung sms Frieska.
“Fries itu saudaranya kok.”
“Ettdah bukan masa iya saudara
mesra gitu.”
“Wajar lah sama keluarga masa
ngga boleh akrab.”
“Mesra Nob mesra bukan akrab,
definisinya beda. -_-“
Karena
Nobi tidak percaya dengan kata-kata Frieska maka ia memutuskan untuk tidak
membalas sms Frieska lagi.
Waktu
setahun pun lagi-lagi berlalu sekarang Nobi dan Raga sudah memasuki tahun ke
dua masa pacarannya itu dan masih saja Raga tidak ada kapoknya menyelingkuhi
Nobi walaupun sudah pernah ketahuan oleh temannya Nobi bahkan Nobi sendiri.
Namun kali ini Nobi lebih mengetatkan perhatian pada Raga, jadi setiap Raga
pergi dengan alasan yang tidak masuk akal Nobi, Delima, dan Frieska membututi
Raga secara diam-diam.
Akhirnya
suatu hari Raga beralasan ia ingin pergi ke Gym padahal yang Nobi tahu Raga itu
tidak suka olahraga maka dari itu Nobi curiga saat Raga berkata seperti itu,
Nobi langsung mengirim sms pada kedua temannya dan akhirnya Nobi bersama Delima
dan Frieska sepakat untuk membuntuti Raga secara diam-diam.
“Nob yakin lo mau buntutin Raga kayak
gini?” Tanya Delima.
“Iya yakin lo? Dulu aja kalau
kita aduin lo nggak percaya.” Sahut Frieska.
“Iya yakin gue yakin, abisnya tuh
aneh banget masa nih ya dia katanya mau nge-Gym padahal setau gue Raga tuh
jarang olahraga.. mmm...” Tiba-tiba pembicaraan Nobi terpotong karena
kelihatannya Nobi ingin muntah.
“Nob lo ngga apa-apa? Pucet
banget gila muka lo, biar kita aja ya yang buntutin Raga, lo dirumah aja.” Saran
Frieska.
“Ngga kok ngga apa-apa cuman
sedikit pusing aja gue, udah yuk ah jalan.”
“Hmmm yaudah deh tapi nanti kalau
lu sakit atau gimana bilang kita ya jangan diem aja.” Tegur Delima.
“Iya iya.”
Akhirnya
mereka bertiga memutuskan memulai pengintaiannya dari rumah Raga. Pukul 10.00
Raga keluar rumah dan sepertinya ia menunggu seseorang. Tak lama kemudian ada
seorang perempuan datang menghampiri Raga sepertinya mereka berdua sangat dekat
sampai-sampai mereka bercipika-cipiki.
“Eh itu siapa Nob? Lo kenal
ngga?” Tanya Delima.
“Ngga Del.”
“Saudaranya Nob?” Tanya Frieska.”
“Bukan Fries, saudara
perempuan dia lagi ada diluar kota.”
“Nahluh yaudah buntutin terus.”
Akhirnya
Raga dan wanita itu berangkat menggunakan taksi, Nobi dan kedua temannya
mengikuti Raga dengan menggunakan taksi juga. Akhirnya mereka sampai di sebuah
Mall yang ada di kawasan Bekasi.
“Beeh makan tuh Gym mana ada Gym
di Bekasi ngaco aja.” Celetuk Frieska.
“Ssstt udah ayo ikutin aja.”
Bisik Delima.
Sesampainya
di dalam mall Raga dan wanita itu awalnya makan disebuah restoran, lalu mereka
berdua masuk ke photobox, dan akhirnya mereka berdua nonton bersama dibioskop.
Nobi, Delima, dan Frieska menunggu Raga selesai nonton. Setelah 2 jam akhirnya
Raga dan wanita itu keluar dari bioskop dan mereka berdua kelihatan sedang
mengobrol tak lama kemudian wanita itu mencium Raga. Seketika itu juga dada
Nobi terasa sesak, sontak Nobi langsung memegangi dadanya.
“Nobi! Nob lo kenapa?!” Tanya
Frieska panik.
Nobi
hanya diam memegangi dadanya yang sakit, lalu tiba-tiba ia menangis.
“Nob kita pulang aja ya.” Ajak
Delima.
Nobi
hanya menangguk pelan sambil menahan rasa sakit dan menahan keluarnya air mata.
Sesampainya di rumah Nobi, ia langsung menangis dipelukan Frieska dan Delima.
“Fries.. Del.. Maafin gue...
Pliss maafin gueee.....” Nobi memohon dipelukan Delima dan Frieska.
“Nobi lo ngga salah, lo itu sama
sekali ngga salah. Lagipula kalau lo salah lo ngga perlu minta maaf kita udah
maafin lo kok.” Delima mencoba menenangkan Nobi.
“Iya Nob udah ngga usah dipikirin
lagi lah cowo kayak gitu, sekarang kita serahin ke lo aja gimana mau dilanjutin
apa ngga? Saran gue sih mending udahin Nob.” Saran Frieska.
“Iya Fries, Del. Keputusan gue udah bulet
mau mutusin dia, kalau kayak gini terus ngga tahan gue.” Sambil mengusap air
mata yang ada di pipinya.
“Iya udah ya jangan nangis lagi
lo ngga boleh larut dalam kesedihan, sebentar lagi kan ujian sekolah mending lo
belajar deh biar nilai lo bagus.” Lanjut Delima mencoba menangkan Nobi lagi.
“Iya Del, makasih banget ya Del,
Fries kalian udah mau jadi sahabat gue, kalian lebih dari temen makasih banget udah
ngesupport gue.”
“Loh Nob ini apa?” Tanya Frieska
sambil meemgang obat-obatan Nobi yang ada di kamarnya.
“Oh itu, lo tau kan gue sering
keluar kelas tanpa izin?” Sambil mengusap air matanya.
“Iya tau, terus?”
“Iya itu gue punya penyakit
kanker darah.”
“Hah?! Kanker darah?!” teriak
Delima dan Frieska kaget.\
“Iya hehe.”
“Yaampun Nobi sumpah gue ngga
nyangka kalau lo serapuh ini yaampun kok masih ada ya cowo yang tega giniin
lo.”
“Yah udah takdir mau gimana lagi
Del hehe yaa beginilah hidup gue musti bersahabat sama obat-obatan.”
“Hmm Nobiiiiiiiii...” Peluk
Delima terharu.
“Udah ah yuk Del kita pulang
biarin Nobi istirahat. Nob kita pamit pulang ya udah ngga usah dipikirin lagi
oke.” Ajak Frieska kepada Delima sambil berpamitan pulang pada Nobi.
“Iyaa Fries hati-hati dijalan yaa
kalian.”
Keesokan
harinya H-3 UAS Nobi memutuskan hubungannya dengan Raga.
“Ga kita bisa ngomong sebentar
ngga?”
“Kenapa Nob tumbenan mau ngomong
seserius ini.”
“Ga aku cape, aku udah ngga tahan
aku mau kita putus.”
“Lho? Kamu kenapa Nob?”
“Ngga usah sok polos Ga aku udah
tau semua selingkuhan kamu. Hm. Terimakasih Raga atas 2 tahun yang kamu
berikan, selama 2 tahun ini kamu mengajariku sebuah pelajaran kesabaran dan
kehati-hatian. Aku bertahan karena perasaan sayang, namun aku hanya manusia
biasa ada saatnya aku lelah dengan semua kelakuan kamu Ga, dan sekarang lah
saatnya aku lelah dengan semua kelakuan kamu. Kita cukup sampai disini. Ini aku
ada bunga terakhir untuk kamu. Aku pergi.” Jelas Nobi sambil memberikan bunga mawar merah pada Raga.
Raga
hanya diam, namun ia diam masa bodoh bukan diam berpikir. Saat itu juga Nobi
langsung pergi dengan meneteskan air mata. Raga menggerutu dalam hati.
“Alah
sok sok puitis pake bawa-bawa bunga segala lagi bunga terakhir lah apalah
segala macem paling juga nanti balik ke gua lagi lu.”
2
Minggu sudah sejak Raga putus dari Nobi dan mereka juga sudah melewati UAS dan
UN. 4 hari lagi sekolah mengadakan perpisahan kelas 12.
Tibalah
hari perpisahan itu, pada saat itu terlihat Nobi sedang mengobrol dengan Delima
dan Frieska disitu memang ia terlihat sudah sangat pucat namun saat Frieska
mengajaknya pulang Nobi menolak karena Nobi ingin merasakan kebersamaan kelas
12. Secara tiba-tiba hidung Nobi mengeluarkan darah dan sontak Nobi langsung
tersungkur jatuh. Semua teman-temannya berkumpul mengerubungi Nobi termasuk
Raga.
“Nobi kenapa Del, Fries?!” Tanya
Raga panik.
“Ngga tau ah udah ayo bantuin
cepet angkat bawa kerumah sakit pake mobil lo.”
Akhirnya
Raga, Delima dan Frieksa menggotong Nobi menuju mobil Raga, dan langsung meluncur
ke rumah sakit. Sesampainya dirumah sakit Nobi langsung masuk ke UGD, sementara
itu Frieska menelfon orangtua dari Nobi. Sampailah orangtua Nobi di rumah sakit
tersebut.
“Tante, Nobi kambuh tante
yaampun....” Delima mencoba memberitahu ibunda Nobi.
“Terus sekarang Dhini dimana
Del?” Tanya ibunda Nobi dengan panik.
“Itu tante di ruang UGD.”
Ibu
dan Ayah Nobi langsung menuju keruang UGD. Sementara itu Raga mendengar
percakapan antara Delima dan Ibunda Nobi tadi.
“Del tadi lo bilang Nobi kambuh? Maksudnya?” Tanya Raga.
“Puas kan lo sekarang?! Puas
nggak?! Hah?!” Bentak Delima pada Raga.
“Del Del udah ah ini rumah sakit
ngga usah teriak teriak gitu.” Frieska mencoba menenangkan Delima.
“Sini Ga gue bilangin.” Ajak
Frieksa.
“Ada apa deh Fries?” Tanya Raga.
“Jadi gini hmmmm......”
“Fries kenapa?!”
“Emmm N-Nobi punya penyakit
kanker darah Ga.”
“Hah?! Kanker darah?!”
“Iya gue ngga tau dia punya
penyakit itu dari kapan tapi intinya yang gue tau dia punya kanker darah.”
“Lu ngga bohong kan Fries?”
“Bohong? Nobi udah masuk UGD gini
lo bilang gue bohong? Gila kali lo ye.”
Tiba-tiba
Ibunda Nobi keluar dari Ruang UGD dengan keadaan menangis.
“Tante gimana Nobi? Sembuh kan?
Ngga apa-apa kan?” Tanya Delima.
Ibunda
Nobi tidak menjawab ia hanya bisa menangis dipelukan Ayah Nobi.
“Om Nobi sembuh kan?! Sembuh?!”
Tanya Delima pada Ayahanda Nobi.
“Tuhan berkehendak lain Del,
sekarang lah saatnya Nobi dibawa kesurga.”
Delima,
Frieska, dan Raga terdiam. Delima dan Frieska sontak menangis karena ia baru
saja kehilangan sahabat baiknya sahabat yang memberikan mereka pelajaran
berharga. Raga hanya diam dan tiba-tiba ia meneteskan air mata.
“Sini lo!! Sini lo cowo
kampung!!! Puas kan lo udah nyakitin sahabat gue?! Puas lo?! Jawab banci
jawab!!!!!!” Bentak Delima pada Raga. Delima ingin meluapkan semua kekesalannya
pada Raga.
“Udah Del udah, Nobi udah maafin
Raga kok pasti, lo juga udah dong jangan kayak gini terus.” Frieska mencoba
menenangkan Delima lagi.
“Fries, Nobi mungkin udah maafin
dia, tapi gue?! Nggak akan!!!!!”
Raga
menyesal, ia sangat amat menyesal. Ia berkata dalam hati.
“Sebegini
jahat kah gua? Sebegini teganya kah gua? Gua udah nyakitin satu malaikat yang
cuman ingin bahagia. Bunga itu. Memang benar-benar bunga terakhir dari Nobi.
Nob aku menyesal, aku ngga tau harus berbuat apa. Seandainya aku bisa berbicara
padamu untuk yang terakhir kalinya aku akan berbicara betapa aku mencintaimu,
betapa aku menginginkanmu. Aku khilaf Nob aku khilaf. Jika aku bisa menangis
dipelukanmu aku akan menangis.”
TAMAT.
Quotes: “Kamu mungkin menyakiti dia hanya sekali, namun kamu akan merasakan menyesal lebih dari sekali.”
Created By: @Kentun666 (Fitriyanto)
21 April 2014
0 komentar:
Posting Komentar