Jangan Cintai Aku Apa Adanya

“Akhirnya bisa istirahat juga.”

“Iya ya sob, nggak capek apa itu kakak mentor ngomong mulu.”

“Hahaha ya maklum lah namanya juga masih penerimaan mahasiswa baru. Eh mba, kak, aduh siapa sih..” Kata Aji sambil memungut sapu tangan yang terjatuh, lalu ia pun mengejar wanita itu.

“Kak, mba. Ini sapu tangannya jatuh tadi disana.” Kata Aji sambil memberi sapu tangan wanita itu.

“Eh iya aduh makasih ya. Lho kamu mahasiswa baru juga?” Tanya wanita itu.

“Iya, saya mahasiswa baru juga disini, lho kamu juga ya?” Kata Aji.

“Iya aku juga mahasiwi baru disini, jangan panggil kak atau mba lagi ya.” Katanya meledek sembari tersenyum kecil.

“Hehe ya kan tadi saya nggak tahu kirain kakak mentor. Oh iya saya Aji Pangestu. Biasa dipanggil Aji.” Kata Aji sambil mengulurkan tangannya.

“Iya nggak apa-apa kok, aku Sinka Juliani. Biasa dipanggil Sinka.” Jawab Sinka sambil mengulurkan tangannya juga untuk berjabat tangan.

The Flower We Saw That Day

“Sudah belum!?”

“Belum!!”

“Sudah belum!?”

            Seketika tak ada jawaban lagi. Sinka pun mulai melanjutkan permainannya.

“Siap atau tidak aku datang!!”

            Sinka Juliani, seorang anak berumur 7 tahun yang cantik. Ia memiliki 5 sahabat sejati, Christi, Jinan, Albertus, Bimo, dan Reno. Mereka selalu bermain bersama di hutan dekat rumah mereka. Hutan tersebut memang tidak terlalu berbahaya karena hutan tersebut pun pernah ditinggali oleh sepasang suami istri. Ketika sepasang suami istri itu memutuskan untuk pindah akhirnya Sinka, Christi, Jinan, Albertus, Bimo, dan juga Reno memutuskan untuk menjadikan bekas rumah tersebut sebagai markas rahasia mereka untuk bermain bersama.