“Mih Rona berangkat dulu ya!!”
“Iyaa mainnya jangan lama-lama ya
nanti malam kita ada pertemuan penting.”
“Iya Mih gampang!!”
Rona
Anggreani, wanita berumur 20 tahun ini sangat menyukai pakaian ala rocker atau
bisa juga dibilang tomboy, senang memakai jaket kulit, celana jeans yang
robek-robek, dan juga sepatu ala rocker yang berukuran lmayan besar. Namun
ibunda Rona tidak menyukai setelan anak perempuan satu-satunya itu.
Rona
seharusnya melanjutkan studinya di Universitas namun ia tidak ingin melanjutkan
sekolah ia beralasan ingin hidup bebas dari buku-buku, guru, dan juga lelaki.
Perceraian kedua orang tua Rona yang sudah terjadi saat Rona berumur 6 tahun
membuatnya sangat trauma pada laki-laki, walaupun begitu ia tetap tidak lost
contact dengan ayah kandungnya, ia masih sering main ke kontrakan ayah
kandungnya itu. Ayahnya seorang musisi yang tidak terlalu terkenal sedangkan
ibunya adalah pebisnis restoran besar.
“Eh neng.. Neng... Awas!!!!”
Teriak tukang jahit keliling pada Rona yang mesin jahitnya tiba-tiba berjalan
sendiri tanpa kendali dikarenakan jalanan menurun.
“Brak...!!!!!”
“Aduh ah.. Gila lo sakit semua
nih badan gue aduuuh...” Merengek Rona kesakitan karena tertabrak mesin jahit
tersebut.
“Aduh Neng maaf saya nggak
sengaja jalanannya nurun mesin jahitnya jadi jalan sendiri deh.”
“Ahh kaga ada, kaga ada. Nih lu
liat motor gue sampe jatoh begini! Ngga mau tau gue pokoknya lu harus ganti
rugi!” Bentak Rona.
“Aduh.. Y-yaudah deh berapa gua
harus ganti rugi?”
“500 ribu.”
“Ah gila lu, lu minta ganti rugi
atau meres gua?! Kaga ah kaga.” Lawan tukang jahit tersebut.
“Oh jadi lu nggak mau ganti rugi
sama gue? Mau urusan ini diperpanjang di kantor polisi? Hah? Mau?!” Ancam Rona
pada tukang jahit tersebut.
“E-eh.. Aduh ah ilaah yaudah
yaudah tapi kasih gua waktu ya, gua sekarang nggak ada uang segitu.”
“Hmmm oke gue kasih waktu lu 2
minggu buat ngelunasin.”
“Yaudah sini nomor lu biar gua
simpen kalau udah ada uangnya gua kabarin.”
“Mana sini HP lu?!”
“Nih.” Tukang jahit tiu memberikan
HP nya pada Rona.
Rona
memberikan nomornya pada tukang jahit tersebut.
“Nih udah gue simpen, sekarang
gue mau, lu kasih jaminan biar lu nggak kabur.”
“Yaampun nih cewe preman banyak
bener permintaannya.”
“Eh apa lu bilang?!”
“Kaga kaga.. Nih KTP.”
“Hah?! KTP? Jaman sekaarang KTP
buat apaan woi?!”
“Yeee itu KTP berharga buat gua
kalau nggak ada itu KTP bisa digaruk satpol PP gua.”
“Ahh yaudah yaudah minggir lu gua
mau jalan!”
“Jalanan luas kali heh!”
Rona
langsung pergi begitu saja dengan menggunakan motornya. Rona berencana ingin
menuju kerumah ayahnya dikarenakan ia merasa penat karena ia selalu disuruh
ibundanya mengurusi restorannya itu, padahal Rona sama sekali tidak mau
mengurusi bisnis restorannya itu.
Akhirnya
ia sampai dirumah ayahnya ia curhat tentang ketidakmauannya mengurusi restoran
ibundanya termasuk curhat tentang kesialannya yang tadi.
“Eh Rona tumben kamu kesini,
pasti disuruh jagain resto lagi ya? Hehe.” Tanya ayahnya bercanda.
“Iya nih Yah padahal aku males
banget jagain resto resto kayak gitu, mending main bebas begini deh.” Cerita
Rona sambil mencopot helm dan sembari duduk di teras rumah ayahnya.
“Yaudah kamu minum dulu sana
dibelakang, ada teh kalau mau bikin atau air putih aja.”
“Nggak Yah makasih Rona nggak aus.”
“Loh muka kamu kenapa cemberut
gitu?”
“Huh tadi tuh aku sial banget Yah
masa motor aku ditabrak sama tukang jahit.”
“Hahaha kamu ini ada-ada saja
masa bisa sampai ketabrak gitu, kamu kali yang bawa motornya meleng.” Ledek
ayahnya Rona.
“Ih nggak Yah orang aku kalau
bawa motor pasti selalu konsesntrasi.”
Saat
sedang mengobrol dengan ayahnya tiba-tiba HP Rona berbunyi. Dan ternyata
ibundanya yang menelfon menyuruh Rona pulang karena ada pertemuan penting di
restorannya.
“Siapa Nak?”
“Ibu, Yah. Nyuruh aku pulang
katanya ada pertemuan penting di restonya atau apalah itu huh. Yaudah Yah Rona
pamit pulang dulu ya Yah takut Ibu ngomel-ngomel hehe.”
“Iya iya kamu hati-hati ya
dijalan.”
“Baru
saja sampai sudah disuruh pulang, ibumu dari dulu memang begitu nak. Ibumu
memutuskan untuk berpisah dengan ayah sebelum ayah sukses, ibumu tidak
memberikan kesempatan kepada ayah. Maafkan ayah, Nak.” Kata
ayahnya Rona dalam hati.
Saat
sedang fokus kejalanan tiba-tiba Rona melihat ada orang menyebrang dan tak
sengaja menyenggolnya.
“Aduh!! Hati-hati dong mba kalau
nye... Lah elu?” Tukang jahit tersebut kaget karena lagi-lagi ia bertemu cewe
preman itu.
“Loh kok lu lagi sih?! Ngapain lu
disini?” Tanya Rona.
“Lah ini mah daerah rumah gua,
tuh rumah gua.” Sambil menunjuk kerumahnya.
“Oh. Udah ah gue buru-buru.”
“Ehh bentar-bentar.... Lah ini
motor nggak kenapa-kenapa lu juga nggak kenapa-kenapa ngapain lu minta ganti
rugi sama gua? Wah bener berarti mau meres gua lu yak dasar cewe preman!”
“Apasih lu berisik ah iya iya gue
nggak jadi minta ganti rugi, sekarang mending lu awas karena gue mau jalan lagi
daripada gue tabrak.” Gertak Rona sambil menekan gas motornya sekalian jalan
menuju restonya..
“Wets busetdah itu cewe preman
bener-bener dah, nggak lagi-lagi dah gua ketemu dia.”
Tak
berapa lama kemudian Rona sampai di restoran ibundanya yang katanya ada
pertemuan penting.
“Mah katanya ada pertemuan
penting?” Tanya Rona kepada mamanya yang sedang mengobrol dengan teman lamanya
dan juga anak dari teman lamanya.
“Duh Rona itu salim dulu sama
tante Lasmi sama Rama juga tuh.”
Setelah
Rona berkenalan dengan tante Lasmi dan juga Rama, anak dari tante Lasmi. Ibunda
Rona menjelaskan bahwa ia ingin di jodohkan dengan Rama, sontak Rona kaget dan
langsung mengajak ibundanya berbicara empat mata.
“Mah apa-apaan sih?! Rona nggak
mau ah dijodoh-jodohin gini! Kayak jaman Siti Nurbaya tau nggak.” Tolak Rona
sambil berbisik-bisik pada ibunya.
“Ehh kamu jangan bikin malu mamah
dong Ron, kamu tau kan mamah punya bisnis besar-besaran seperti ini itu
gara-gara siapa? Gara-gara ibunya Rama, tante Lasmi. Ayolah Rona bantu mamah.”
“Hmm yaudah yaudah tapi ada satu
syarat.”
“Yaudah apa syaratnya jangan
macem-macem.”
“Kasih waktu Rona sama Rama
pendekatan dulu.”
“Ohh itusih masalah gampang
yaudah yuk balik ke meja.”
Setelah
beberapa lama keluarga Rona dan keluarga Rama berbincang-bincang ibunda Rona
menyuruh Rama mengajak jalan-jalan Rona menggunakan mobilnya, namum karena Rona
tidak suka menggunakan mobil ia menolaknya.
“Ram kamu ajak Rona jalan-jalan
ya pakai mobil kamu.”
“Hah?! Nggak mah aku nggak mau
pakai mobil.” Tolak Rona.
“Rona... Nggak boleh gitu dong..”
“Nggak apa-apa kok tante ikut
Rona aja maunya naik apa.” Jelas Rama.
“Nah kan yaudah sekarang gue
maunya naek motor, nih lu yang nyetir.” Sahut Rona.
“Aduh nggak apa-apa nih Ram kamu
naik motor?” Tanya ibunda Rona pada Rama.
“Iya tante nggak apa-apa asal
Rona seneng hehe.”
“Yaudah hati-hati ya kalian
berdua.”
Malam
itu Rama berencana mengajak Rona pergi ke suatu taman yang sangat indah kalau
dilihat pada malam hari, namun tiba-tiba Rona menghentikan motornya ditengah
perjalanan.
“Stop!! Stop!! Stop!!” Teriak
Rona.
“Loh Ron kenapa? Kan belum
sampai.”
“Nggak ah gue ngantuk capek mau
tidur, turun lu.”
“T-tapi Ron..”
“Turun gue bilang!! Ah elah.”
“I-iya.”
“Siniin helm nya. Buruan!”
“Iya Ron iya sabar. Nih.”
“Bye!” Rona langsung menancap
gas.
“Yah ampun ditinggal sendirian di jalanan.”
Gerutu Rama.
Sementara
itu saat si tukang jahit menerima orderan tiba-tiba ia mendengar adiknya
merengek kesakitan.
“Bang.. Abang..”
“Nina? Kamu pucet banget kamu
sakit ya?” Tanya tukang jahit itu pada adiknya sambil memegangi kepala adiknya.
“Nggak kok bang Nina nggak
sakit.”
“Nina badan kamu panas banget
jangan bohong deh, sebentar ya abang beliin obat ke warung dulu.”
Saat
tukang jahit itu ingin membeli obat diwarung tiba-tiba tetangganya kebetulan
sedang lewat menggunakan motor.
“Loh Dam lu kenapa kelihatan
panik gitu?” Tanya tetangganya itu pada Adam, ya nama tukang jahit tersebut.
“Eh abang Jarot, ini bang adik
saya sakit badannya panas banget pucet ini mau saya beliin obat ke warung
bang.” Jelas Adam pada bang Jarot nama tetangganya tersebut.
“Aduh Dam meriang jangan lu
anggap remeh deh mending sekarang lu gotong ayok gua anterin ke rumah sakit,
cepetan.”
“T-tapi bang nggak ngerepotin?”
“Alah masih kaku aja lu udah
cepetan gotong.”
“I-iya bang sebentar ya.”
Akhirnya
Adam bergegas menggotong adiknya ke motor bang Jarot dan akhirnya ia diantar ke
rumah sakit. Sialnya saat ditengan perjalanan motor bang Jarot mogok.
“Loh bang kenapa berhenti?”
“Aduh Dam maaf banget motor gua
kayaknya mogok lagi nih duh gimana ya.”
Tiba-tiba
ada Rona yang sedang dalam perjalanan pulang. Jarot melihat ada Rona yang
sedang mengendarai motor dan langsung menghentikannya.
“Ah kebetulan Nak, ini ada
tetangga ayah adiknya lagi sakit panas kamu tolong antar dia ke rumah sakit
ya.”
Saat
Rona melihat Adam ia kaget.
“Hah?! Lu lagi? Yaampun. Nggak ah
Yah aku buru-buru mau pulang ngantuk.”
“Loh? Lu lagi? Busetdah. Eh
bentar.. Tadi bang Jarot manggil dia siapa? Nak? Dia...?” Balas Adam.
“Lho? Kalian berdua sudah saling
kenal? Iya dia anak gua Dam.” Jawab bang Jarot pada Adam.
“Aah sudah talk shownya nanti
saja, tolong ya Nak antar adik ini ke rumah sakit kasihan dia.” Lanjut bang
Jarot.
“Iya kali ini gua minta tolong
banget sama lu, adik gua lagi sakit dan bang Jarot nyuruh gua bawa Nina ke
rumah sakit.” Jelas Adam pada Rona.
“Oke yaudah naik ayo gue antar lu
ke rumah sakit.”
Akhirnya
Adam dan Rona mengantar Nina ke rumah sakit. Sesampainya dirumah sakit dan
setelah Nina diperiksa ternyata ia terkena gejala Tifus.
“Dok bagaimana keadaan adik saya
dok?” Tanya Adam pada dokter.
“Syukur lah kamu cepat-cepat bawa
dia kemari karena dia terjangkit gejala Tifus tapi kami sudah memberikannya
obat, jadi sekarang keadaannya sudah mulai membaik.”
“Syukurlah.”
“Oh iya nanti kamu bisa urus
administrasinya disana dan besok pagi kamu boleh bawa adikmu pulang ya.”
“I-iya dok.” Saat mendengar kata
administrasi sepertinya Adam agak khawatir, takut ia tak bisa membayarnya.
Adam
pun bergegas menuju tempat administrasi dan bertanya berapa jumlah semua
pengobatan adiknya.
“Mba saya mau bayar administrasi
atas nama Nina Soraya.”
“Oh iya sebentar ya mas...
Totalnya semua 450 ribu.”
Adam
sedikit kaget mendengar uang sebanyak itu, ia merogoh kantong dan hanya ada
uang 50 ribu rupiah.
“Mba mmm gini saya baru ada 50
ribu, sisanya saya lunasi besok bagaimana?”
“Oh maaf mas ketentuannya disini
kalau mau dicicil harus bayar setengahnya dahulu.”
“Emang berapa mba? Biar saya yang
bayar aja sini.” Tiba-tiba Rona menyaut dari belakang.
“450 ribu mba.”
“Nih.” Sambil mengeluarkan uang
dari dalam tasnya dan membayarnya cash.
“Masalah lu ganti kapan itu
urusan gampang.” Lanjut Rona berkata pada Adam.
“Gila
nih cewe preman sombong bener. Eh tapi harusnya gua kan berterimakasih sama dia
kalau nggak ada dia gua nggak bisa bawa Nina pulang.” Kata
Adam dalam hati.
“Ehh tunggu tunggu!!” Teriak Adam
memanggil Rona yang bergegas ingin pulang.
“Apaan sih ah gue punya nama
tau.”
“Yee iya maap. Siapa nama lu?”
Tanya Adam.
“Rona Anggreani. Lu?”
“Gua Adam, oh iya makasih ya udah
bantuin gua.”
“Yeee kepedean banget lu, gue itu
bantuin adik lu bukan bantuin elu.”
“Yee iya iya makasih ya udah
bantuin adik gue, Ayen.”
“Hah?! Ayen?”
“Iya panggilan buat lu dari gua.”
“Heh ada-ada aja.”
Semenjak
saat itulah Adam menganggap kalau tidak semua wanita tomboy itu menyebalkan,
contohnya seperti Rona. Mulai dari situ Adam dan Rona saling berteman bahkan
mereka sudah menjadi bersahabat, adik nya Adam yakni Nina juga sudah dekat
dengan Rona.
Sementara
itu perjodohan Rona dan Rama masih terus berlanjut, dikarenakan Rama tidak suka
Rona apa adanya alias Rama tidak suka dengan setelan Rona yang tomboy itu,
akhirnya Rona pun menjadi ilfeel dan ingin menyudahi perjodohannya. Segala cara
Rona perbuat agar Rama bisa menjauhinya namun semua cara itu gagal. Akhirnya
Rona meminta tolong pada Adam untuk berpura-pura pendekatan dengan dirinya
bahkan sampai berpura-pura pacaran dengan dirinya.
“Dam lu mau nolongin gue nggak?”
“Nolongin apaan Yen?”
“Gini Dam gue tuh selama ini lagi
dijodohin sama nyokap gue nah tapi guenya nggak suka sama si cowo yang
dijodohin sama gue ini.”
“Iya terussss?”
“Gini Dam gue mau minta lu buat
pura-pura pendekatan sampai akhirnya pura-pura pacaran sama gue.”
“Hmm okedeh itung-itung gua balas
budi sama lu.”
Akhirnya
semenjak dari situlah Adam dan Rona berpura-pura pendekatan dan sampai akhirnya
pura-pura pacaran selama 3 bulan lamanya, dan selama itu lah Rama memantau
gerak-gerik mereka. Dan akhirnya yang Rama tau mereka berdua pacaran padahal
itu hanya pura-pura. Dan berhasil, akhirnya Rama memutuskan untuk menyudahi
perjodohan ini.
Tetapi
entah mengapa selama berpura-pura pendekatan dengan Rona, Adam merasakan ada
feel dengan Rona. Akhirnya ia sadari bahwa ia benar-benar menyukai Rona. Begitu
pun sebaliknya.
Ibunda
Rona pun menyelidiki mengapa Rama sampai menyerah di tengah jalan seperti itu,
dan akhirnya ibunda Rona mengetahui kalau anaknya sedang dekat dengan tukang
jahit.
“Oh baru pualng ya anak mama.”
“Eh mamah hehe iya nih.”
“Dari mana kamu?” Tanya ibunda
Rona dengan judes.
“Main kok mah biasa.”
“Main dengan tukang jahit
keliling itu ya?”
“Hah? Mamah tau?”
“Ya taulah jadi tukang jahit itu
yang mendoktrin kamu sampai-sampai Rama menyerah ditengah jalan iya?!”
“Apaan deh Mah emang Rona nya aja
kok yang nggak suka sama Rama, dia tuh nggak bisa nerima apa adanya Rona Mah.”
“Terus kamu fikir tukang jahit
itu mau nerima apa adanya kamu? Dia itu cuman mau melorotin harta kita doang
Rona.”
“Mamah apaansih kalau nggak tau
dia nggak usah nge judge yang aneh-aneh gitu deh! Dia tuh mau nerima aku apa
adanya dan aku juga nggak pernah merasa di duitin sama dia! Aku sadar Mah kalau
aku sekarang udah bener-bener suka sama dia!”
“Rona Anggreani!! Sekali Mamah
bilang nggak setuju ya nggak setuju! Dia itu nggak sederajat sama kita dia itu
cuman tukang jahit keliling! Mulai besok kamu Mamah jodohkan lagi dengan orang
lain, suka tidak suka mau tidak mau kamu harus mau! Ngerti kamu?! Sekarang kamu
masuk kamar!!!”
Rona
berlari memasuki kamarnya sambil menangis. Ia mencoba memberitahu Adam lewat
pesan singkat kalau dirinya tidak bisa menemui Adam lagi.
“Dam maafin aku, aku nggak bisa
ketemu kamu lagi. Mamah tau tentang hubungan kita dan aku disuruh udahin.”
“Yasudah Yen memang harusnya aku
sadar dari awal aku ini bukan siapa-siapa. Aku mengerti kok.”
Ayen
hanya bisa menangis semalaman memikirkan Adam dan hubungannya namun apa boleh
buat ibundanya tak setuju dan kekeh ingin menjodohkan Rona dengan orang lain.
Namun Rona tidak lost contact dari Adam ia masih sering mengirim pesan singkat
dan saling telfon.
Sebulan
sudah Rona putus dengan Adam dan sedang menjalani pendekatan bersama lelaki
lain. Adam kaget sekaligus marah saat mendengar Rona ingin menikah, akhirnya
mereka berdua sempat beberapa hari lost contact.
Saat Rona
sudah ingin menikah dengan lelaki yang dijodohkan oleh ibundanya itu ternyata
kejelekan lelaki itu terbongkar. Saat ibunda Rona mengajak lelaki itu makan dan
mengobrol di suatu restoran lelaki itu pergi ke toilet dan Hpnya tertinggal.
Tiba-tiba ada telfon dan otomatis ibunda Rona yang mengangkat namun tanpa
menjawab, lalu tiba-tiba ada suara perempuan sedang marah-marah.
“Kamu
mau lari kemana sekarang mas? Kamu sudah meniduri aku, menghamili aku tapi kamu
sekarang malah lari entah kemana. Kamu itu baj*ingan! Aku minta kamu
bertanggung jawab atas semua perlakuanmu padaku!!!”
Sontak
ibunda Rona kaget mendengar pembicaraan wanita itu, akhirnya ibunda Rona
memutuskan untuk menelusurinya. 3 minggu ibunda Rona menelusuri tentang wanita
itu, ternyata benar wanita itu dihamili dan ditinggal lari oleh lelaki yang ia
jodohkan pada Rona. Akhirnya dari situlah ibunda Rona membatalkan perjodohannya.
“Ron mamah tau mamah salah, mamah
sudah membatalkan perjodohan kamu kok.”
“Loh? Mamah kenapa?”
“Jadi gini loh Nak, kemaarin
mamah telusuri wanita mencurigakan yang marah-marah di telfonnya dia, dan
ternyata benar ia menghamili wanita lain dan tidak mau bertanggung jawab.
Sekarang mamah nggak mau jodoh-jodohin kamu lagi, kamu pilih aja yang terbaik
untuk kamu.”
“Mamah serius? Kalau aku milih
sama Adam bagaimana?”
“Kamu nggak denger yang mamah
bilang? Kamu pilih yang terbaik untuk kamu.”
“Jadi?”
“Yaa menurutmu Adam yang terbaik
nggak? Kalau iya kenapa nggak?”
“Ahhhh makasih banyak mamah...”
Kata Rona sambil memeluk ibundanya.
“Iya iya sama-sama. Yasudah ayo
kalau mau nikah sama Adam.”
“Hah?! Sekarang?”
“Kalau nanti-nanti takut diambil
orang hehe.”
“Ahh mamah oke aku siap-siap dulu
yaa!!”
Akhirnya
Rona mencari dimana Adam biasa mangkal menunggu pelanggan, dan benar saja
disitu ada Adam sedang istirahat.
“Dam!!! Adam!!!!” Panggil Rona
dari kejauhan.
“Kayak gua kenal tuh suara. Hah?!
Ayen?! Ngapain lagi dia?”
“Dam aduh akhirnya ketemu juga
huh cape nih gue nyariin lu.”
“Ngapain lu nyariin gua? Bukannya
lu mau nikah ya? Selamat dah.” Jawab Adam dengan judes.
“Dih judes banget lu haha. Dam,
lu mau nikah sama gue?”
“Hah?! Ya mau lah siapa yang
nggak mau nikah sama lu.... Eh ini serius?”
“Hihi serius Dam yaudah ayo kita
kerumah gue kita nikah sekarang.”
“Sekarang?! Eh bentar yak gua
ganti baju dulu.”
“Ah kelamaan udah ayoo naik.”
Rona
pun menyeret paksa Adam kerumahnya untuk melangsungkan pernikahan. Dan akhirnya
mereka berdua menikah dan hidup bahagia selamanya.
TAMAT
Created By: @Kentun666 (Fitriyanto)
25 April 2014
0 komentar:
Posting Komentar