Sajadah Untuk Naomi

“Bu adzan udah berkumandang tuh, ayo siap-siap buka puasa.” Kata Naomi.

“Yasudah kamu ambil makanannya di dapur gih sekalian bangunin adik kamu.” Jawab Ibunda dari Naomi.

“Baik bu.”

            Setelah Naomi mengambil makanan untuk berbuka puasa ia menuju ke kamar Sinka untuk membangunkannya.

“Sin.. Sin.. Sinka bangun yuk dik, sudah mau buka puasa nih.” Kata Naomi yang sambil menggoyang-goyangkan tubuh Sinka.

“Emm i-iya kak sebentar ya aku cuci muka dulu nanti aku nyusul.” Jawab Sinka sambil mengucek-ngucek matanya yang masih setengah sadar.

“Yasudah cepet ya ibu udah nunggu tuh.”

            Shinta Naomi begitulah nama wanita remaja ini, wanita ini baru saja lulus SMA dan berniat ingin langsung mencari kerja. Tadinya ia ingin melanjutkan ke Universitas, namun apadaya keluarganya tidak bisa mencukupi biaya-nya. Naomi memiliki adik yang bernama Sinka Juliani, Sinka (begitu ia biasa dipanggil) sekarang duduk dibangku kelas 2 SMA rencananya ketika Sinka lulus ia juga ingin langsung bekerja, ya hitung-hitung membantu ekonomi keluarganya. Mereka berdua hanya tinggal dengan ibundanya saja setelah ditinggal pergi ayahnya yang entah kemana.


            Naomi ini dikenal sebagai anak yang baik, rajin shalat, rajin belajar, dan juga rajin membantu ibundanya yang mempunyai bisnis kecil-kecilan yakni berjualan ketoprak didepan rumahnya, tak hanya baik dan rajin Naomi ini terkenal memiliki perawakan yang lumayan cantik untuk perempuan seusianya. Sifatnya pun tak kalah baik, ia mudah bersosialisasi dengan orang sekitar, sedangkan adiknya yakni Sinka justru lebih pemalu, ia jarang bergaul diluar rumah.

            Suatu hari Naomi sedang mencari pekerjaan di daerah Jakarta Pusat, karena terkenal dengan kepintarannya dan sering mendapat beasiswa di SMA nya ia mudah mendapat pekerjaan disalah satu kantor yang ada di kawasan Bundaran HI.

“Oke selamat kamu sudah bisa mulai bekerja besok.” Kata HRD gedung tersebut.

“Yang benar pak? Alhamdulillah terimakasih pak terimakasih.” Kata Naomi.

            Sore itu Naomi pulang kerumah dan membawa kabar baik ini kepada ibundanya dan juga adiknya.

“Assalamualaikum.”

“Waalaukimsalam, eh anak ibu sudah pulang. Bagaimana nak hari ini?” Tanya ibunda Naomi.

“Alhamdulillah bu aku dapet kerjaan dan besok sudah mulai bekerja.” Kata Naomi yang sangat senang.

“Hah? Kakak dapat kerja? Asiiiiik!!!! Selamat ya kak!” Kata Sinka ikut nimbrung.

“Hehe alhamdulillah dik, makanya kamu belajar yang bener ya biar bisa kerja dikantor.” Kata Naomi sambil mengelus rambut Sinka yang sedang belajar.

“Iya kak tenang aja pasti itumah hehe.”

“Yasudah bu aku kekamar dulu ya capek mau istirahat.”

“Iya nak istirahat lah yang cukup nanti kalau sudah waktunya berbuka ibu bangunkan ya.”

“Iya bu hehe.”

            Keesokan harinya Naomi sudah mulai bekerja.

“Bu, Naomi berangkat dulu ya. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam hati-hati ya, nak.”

            Sesampainya di kantor.

“Nah Andre ini Shinta Naomi, karyawan baru di kantor kita. Dia bagian sekertaris, kamu kan sudah berpengalaman makanya bimbing dia untuk mulai bekerja ya.” Kata bos diperusahaan itu.

“Oh iya siap pak.”

“Yasudah saya tinggal dulu ya.”

            Naomi dan Andre berkenalan sambil berjabat tangan.

“Naomi.”

“Andre.”

“Nah sekarang kamu coba bikin laporan ini dulu ya, ini kamu ketik semua habis itu kalau sudah selesai bilang ke saya dulu ya nanti saya kasih tau tahap selanjutnya.”

“Oh iya baik mas Andre.

“Halah nggak usah panggil mas, panggil Andre aja wong seumuran kok hehe.”

“Iya mas eh Ndre hehe.”

            Andre pun meninggalkan Naomi dengan kerjaan pertamanya. Tiba-tiba ada seorang lelaki berwajah tampan bernama Rama menghampiri meja Andre untuk meminjam flashdisk.

“Ndre gua minjem.....” Rama terdiam, ia kaget melihat Naomi.

“Minjem apaan?”

“Cantik banget Ndre....” Kata Rama.

“Yeee dasar, ohiya gua lupa ngenalin. Ini karyawan baru di kantor kita namanya Shinta Naomi dia di bagian sekertaris.” Jelas Andre.

“Hai, gua Rama.” Kata Rama sambil menjulurkan tangan kepada Naomi.

“I-iya saya Naomi.” Jawab Naomi yang masih malu-malu.

“Ram minjem apaan buseh dia bengong.” Gentak Andre.

“Eh i-iya ini gua minjem flashdisk dong, fd gua error nih buat nyimpen data bentaran.”

“Yaudah nih, jangan di error-in juga punya gua.”

“Iya-iya. St cantik ye, buat gua nih yak.” Kata Rama sambil berbisik.

“Apaansih Ram dia itu karyawan baru bukan mainan, pake buat lu buat lu segala. Contohin yang bener sama junior dong.” Kata Andre.

“Ahh bilang aja lu takut saing sama gua.”

“Terserah Ram terserah.”

            Jam sudah menunjukan pukul 16.00 semua karyawan telah selesai bekerja dan bergegas pulang. Saat Naomi ingin pulang.

“Hai Naomi, pulang bareng yuk?” Kata Rama yang tiba-tiba menghampiri Naomi.

“Yee modussss.” Sahut Andre.

“Yee bodoamat yang gua ajakin kan Naomi bukan elu yeeee. Gimana? Mau kan? Hehe.”

“Aduh hmm gimana ya saya nggak enak masa baru pertama kenal sudah diajak pulang bareng hehe.” Jawab Naomi.

“Aduh nggak apa-apa, sekali ini aja kok ya ya ya?” Bujuk Rama.

“Hmm yasudah deh nggak apa-apa.”

            Akhirnya Rama dan Naomi pun pulang bersama, namun anehnya Rama tak mengantarkan Naomi kerumahnya melainkan ke diskotik.

“Lho ini kan bukan jalan kerumah saya, Ram.” Kata Naomi yang agak bingung.

“Tau rumah kamu dimana juga nggak, makanya aku ajak kamu kesini dulu kita refreshing dulu.”

“I-ini tempat apa?” Tanya Naomi polos.

“Udah masuk aja dulu.”

            Naomi dan Rama masuk ke diskotik tersebut, Rama memesan wine kepada para pelayan.

“Ini minum dulu.”

“Ini apa? Kok baunya begini sih?” Tanya Naomi yang sembari mencium bau minumannya.

“Ini namanya wine, minuman orang kaya nih, cobain dulu pasti kamu suka.”

            Naomi pun mencicipinya sedikit demi sedikit, awalnya ia tak suka dan menolak untuk meminumnya lagi, namun lama-kelamaan ia dengan sendirinya meminum wine tersebut sampai mabuk.

            Sementara itu ibunda Naomi dan adiknya cemas menunggu kedatangan Naomi yang sampai jam 21.30 belum juga sampai rumah.

“Haduh kakakmu kemana ya, Sin? Kok jam segini belum pulang.” Kata ibunda Naomi.

“Iyaya. Hmm mungkin kakak lembur kali bu makanya pulangnya larut. Sudah ibu istirahat saja ya biar Sinka yang nunggu kak Naomi pulang.”

            Tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti didepan rumah Naomi. Ibunda Naomi dan Sinka terkejut dan juga terheran.

“Bu itu mobil siapa ya? Kok berhenti di depan rumah kita?” Tanya Sinka.

“Nggak tau, nak.”

            Tiba-tiba Naomi keluar dari mobil tersebut sambil berjalan sempoyongan.

“Astaghfirullah Naomi..” Ibundanya kaget melihat Naomi yang berjalan sempoyongan begitu, Rama yang sudah mengantar Naomi pulang langsung menancap gas mobilnya pergi begitu saja.

“Ya Allah kakak, kakak habis ngapain? Kok sempoyongan gini jalannya?” Tanya Sinka.

“Ahh berisik kakak capek mau istirahat besok harus kerja lagi.” Kata Naomi yang gaya bicaranya melantur.

“Yaampun nak kamu bau alkohol, kamu mabuk ya?” Tanya ibundanya.

“Dikit doang bu, udah ah Naomi ngantuk mau tidur.” Kata Naomi yang langsung bergegas menuju kamarnya.

“Ya Allah anakku.” Kata Ibundanya sambil meneteskan air mata.

“Sudah bu sudah, mungkin kak Naomi lagi khilaf, maafin saja bu maafin.” Kata Sinka sambil memeluk ibunya.

            Keesokan harinya Naomi berangkat bekerja lagi.

“Bu Naomi berangkat.” Kata Naomi jutek.

“Kamu nggak ngucap salam, nak?” Tanya ibundanya.

“Nggak ah males, bosen salam mulu.”

“Astaghfirullah kamu kenapa nak?”

“Kenapa? Naomi nggak kenapa-kenapa kok. Udah ah berangkat dulu takut telat.”

            Semenjak saat itu sifat Naomi sudah mulai berubah, malas shalat, jarang berdzikir, bahkan mengucap salam pun tidak.

“Halo Rama.” Sapa Naomi sambil cipika-cipiki dengan Rama.

“Halo Naomi.”

“Naomi kamu sudah dekat dengan Rama ya?” Tanya Andre sambil berbisik.

“Ih kepo banget sih Ndre.” Jawab Naomi dengan jutek.

Aneh banget, perasaan kemarin Naomi polos banget dan baik deh. Kok sekarang jadi jutek gini ya? Apa jangan-jangan semalem Rama... Ah nggak, nggak boleh suudzon sama orang nggak baik, harus husnudzon.” Andre pun merasakan perbedaan sifat Naomi.

“Emmm Naomi aku boleh ngomong sebentar?” Kata Andre.

“Ngomong apa?”

“Aku saranin kamu jangan terlalu deket sama Rama, dia itu orangnya nggak baik. Aku ngomong gini supaya kamu bisa jaga diri aja kok nggak ada maksud lain.”

“Ih kok lo ngelarang-larang gue buat deket sama Rama sih? Emang lo siapa gue? Nyokap gue aja nggak pernah ngelarang gue buat deket sama siapa aja.” Jawab Naomi sambil marah-marah.

“Yaampun bukan begitu, sudah banyak sekertaris di kantor ini yang jadi korbannya Rama.”

“Udah deh yaa masabodo gue nggak mau denger lagi apa yang lo omongin, gue mau fokus kerja!” Jawab Naomi sambil membentak.

            Rama memang terkenal playboy, suka mempermainkan wanita dan memanfaatkannya. Andre sudah menjadi rekan kerja Rama sejak 4 tahun yang lalu jadi tidak aneh kalau Andre tau seluk beluk temannya itu.

            Suatu hari saat naomi sedang bekerja tiba-tiba adiknya menelfon lewat telfon umum, memberitahu kalau ibunya sedang sakit.

“Halo dengan Naomi disini ada yang bisa saya bantu?”

“Kak ini Sinka.”

“Sinka? Ada apa kamu nelfon? Ganggu kakak kerja aja deh.”

“Hmm maaf kak tapi.. Ibu kak ibu.”

“Ibu? Ibu kenapa?”

“Hmm ibu sakit kak badannya panas menggigil.”

“Ahelah orangtua nyusahin aja pake sakit segala, nanti dulu ah kakak belum gajian!”

“Astaghfirullah kak, kakak nggak boleh ngomong gitu. Kakak bisa durhaka.”

“Ah kamu ini anak kecil tau apa tentang durhaka?! Udah kakak mau lanjut kerja beli obat warung aja.”

“Tapi kak....”

            Naomi langsung menutup telfonnya begitu saja dan melanjutkan kerjanya.

“Ada apa Naomi?” Tanya Andre.

“Apaansih emang kalau gue ngasih tau lo bisa bantu?”

“Insyaallah kalau ada rezeki mungkin aku bisa bantu.”

“Hhh nyokap gue sakit, dan butuh operasi.”

“Aku bisa kok bantu, tapi mungkin cuman rawat jalan aja nggak bisa langsung operasi.” Kata Andre menawarkan bantuan.

“Bener lo mau bantu? Yaudah nih alamat gue, dateng aja kesini. Oh iya makasih.”

“Iya sama-sama.”

            Sore itu Andre berniat langsung mau kerumah Naomi untuk membantu pengobatan ibunda Naomi.

“TOK!! TOK!! TOK!!”
“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam, maaf siapa ya?” Tanya Sinka.

“Saya teman kerjanya Naomi dik, apa benar ini rumah Naomi?” Tanya Andre.

“I-iya benar saya adiknya, Sinka. Ada apa ya?”

“Begini saya mau menawarkan sedikit bantuan, saya dengar dari Naomi kalau ibundanya sedang sakit. Ini saya membawa dokter untuk melakukan rawat jalan kepada ibu kamu.”

“Serius kak? Haduh makasih ya kak...”

“Panggil aja kak Andre.”

“Iya makasih banyak kak Andre, ayo masuk buka puasa disini dulu.”

“Aduh nggak usah dik, takut merepotkan saya langsung pulang saja.”

“Tapi sudah mau maghrib lho kak.”

“Nggak apa-apa mungkin nanti saya buka di jalan hehe. Oh iya kakakmu kemana?”

“Nggak tau kak, akhir-akhir ini kakak pulang malem terus dan kalau sampai rumah pasti bau alkohol.”

“Astaghfirullah, Rama.”

“Hah? Siapa kak?”

“E-eh nggak nggak apa-apa kok yasudah kakak pamit pulang ya, assalamualaikum.”

“Walaikumsalam hati-hati dijalan kak sekali lagi terimakasih banyak.”

            Di tengah jalan Andre teringat pasti dalang dibalik semua ini Rama.

“Rama, nggak salah lagi pasti dia.”

            Sementara itu Naomi baru sampai rumah pukul 22.00.

“Sudah pulang kak? Ada kabar bagus kak tadi kak Andre bantuin ibu, dia ngasih biaya rawat jalan buat ibu.”

“Oh bagus dah.” Jawab Naomi dengan juteknya.

“Nak kamu nggak shalat isya dulu? Kamu sekarang sudah nggak pernah shalat lagi ibu perhatikan.”

“Ahhh!!!!” Naomi membanting gelas yang ada di meja.
“Aku tuh capek bu! Males tau! Kalau nggak capek juga pasti shalat!! Udah jangan cerewet aku mau tidur!” Kata Naomi yang masih setengah mabuk.

“Bu sabar ya aku yakin pasti kak Naomi bisa kembali kayak dulu lagi.” Kata Sinka yang mencoba menenagkan ibundanya.

            2 Hari kemudian hari ulang tahun Naomi, ibunda dan adknya berniat ingin memberikan Naomi hadiah, namun mereka bingung hadiah apa yang ingin diberikan.

“Nak, hari ini kakakmu ulang tahun kan?” Tanya ibunya yang sedang terbaring lemah.

“Iya bu, hari ini kak Naomi genap berumur 20 tahun, memangnya kenapa?”

“Ambil dompet ibu yang ada di lemari dan berikan kakakmu sebuah hadiah.”

“Hadiah? Tapi hadiah apa bu? Barang-barang zaman sekarang sudah sangat mahal harganya.”

“Hmm belikan ia sebuah sajadah nak supaya ia ingat kepada yang Kuasa.” Ulus ibundanya.

“Baik bu aku belikan dulu ya.”

            Siang itu juga Sinka berjalan ke pasar tradisional yang berada lumayan jauh dari rumahnya, ia sangat senang karena bisa membelikan hadiah untuk kakaknya, walaupun uangnya berasal dari ibunya.

            Sore itu Naomi pulang lebih awal, jam 18.00 ia sudah sampai dirumah dan langsung disambut oleh Sinka.

“Eh kak Naomi sudah pulang, hmm selamat ulangtahun yang ke-20 ya kak semoga panjang umur, sehat selalu, rajin ibadahnya dan bisa berbakti sama ibu.” Kata Sinka sambil memeluk Naomi.

“Ya ya ya aamiin deh aamiin. Kado mana nih??” Tanya Naomi sambil melepas pelukan adiknya.

“Hmm ini kak, ini kado dari ibu.” Kata Sinka sambil memberikan sajadah yang tadi dibelinya.

“Hah? Sajadah? Nggak salah nih? Yaelah sajadah doang mah kakak bisa beli.” Kata Naomi sambil melempar sajadah itu ke lantai.

“Astaghfirullah kak ini hadiah dari ibu supaya kakak ingat terus sama Allah.” Jawab Sinka sambil memungut sajadah itu dan membersihkannya.

“Alah kalau emang nggak niat ngasih hadiah mah nggak usah beliin. Udah ah sampai rumah bukannya dibikin seneng malah dibikin kesel.” Kata Naomi sambil berjalan kekamarnya.

“Maaf nak hanya itu yang bisa ibu berikan, ibu sedang nggak ada uang ibu kan lagi sakit jadi libur berjualan.” Kata ibundanya.
            15 hari sudah ibunda Naomi dan Sinka melakukan rawat jalan, namun tak ada perkembangan yang baik.

“Dok bagaimana ibu saya?” Tanya Sinka.

“Dik saya sarankan untuk membawa ibumu ke rumah sakit. Kanker kelenjar otaknya sudah nyaris meluas. Kalau tidak segera dibawa ke dokter kemungkinan selamat sangat kecil. Baiklah saya permisi dulu.”

            Sinka menangis mendengar kata-kata dokter barusan, ia tak tahu apa yang harus ia perbuat. Ia tak ingin meminta tolong pada Andre karena Andre sudah membantu sejauh ini.

“Aku pulang.” Kata Naomi. Sifat naomi semakin kesini semakin menjadi-jadi. Bukan perubahan positif yang ada di dirinya melainkan perubahan negatif yang terus berkembang.

“Kak ibu...” Kata Sinka.

“Kenapa lagi ibu? Hah?!”

“Nggak, nggak apa-apa.” Ia tak ingin memberitahu penyakit ibundanya kepada Naomi karena ia takut kalau Naomi akan kepikiran dan tidak fokus bekerja.

            Sampai akhirnya 5 hari kemudian, tepat 20 hari setelah ibunda Naomi dan Sinka menjalani rawat jalan tiba-tiba nafasnya sesak.

“Bu!! Ibu kenapa!! Bu!!! Tolong!!!” Teriak Sinka. Warga sekitar pun mendengar teriakan Sinka dan langsung membawanya ke rumah sakit terdekat. Saat itu Naomi sedang bersenang-senang bersama Rama di diskotik.

            Pada saat yang bersamaan Andre datang kerumah Naomi untuk menjenguk ibundanya.

“Sin! Ibu kenapa Sin?!” Tanya Andre yang melihat Sinka menangis melihat ibundanya digotong warga menuju rumah sakit terdekat.

“Nggak tau kak ibu tiba-tiba sesak nafas.”

“Aduh yaudah-yaudah naikin ke mobil kakak aja, ayo kakak antar kerumah sakit.”

            Andre dan Sinka pun langsung bergegas menuju rumah sakit terbagus, sesampainya disana Andre langsung memanggil UGD untuk membawa ibunda Sinka keruang pemeriksaan.

“Sin udah jangan nangis, berdoa aja supaya ibu kamu baik-baik aja. Minta sama Allah supaya ibu kamu diberi kesehatan.” Kata Andre sambil menangkan Sinka.


“Iya kak iya.” Jawab Sinka sambil mengusap air matanya.

“Kakak kamu kemana?”

“Nggak tau kak, kakak sekarang berubah banget. Dulu kakak rajin shalat, dzikir, hormat sama ibu. Tapi sekarang ngasih salam aja nggak mau.”

“Astaghfirullahaladzim, yaudah bentar kakak tau dimana kakak kamu.”

            Andre langsung menelpon Rama untuk memberitahu Naomi kalau ibunya masuk rumah sakit.

“Ayo Rama angkat Ram angkat!!!”

            Berkali-kali Andre menelpon Rama namun tak ada jawaban sama sekali ia bingung harus bagaimana, tiba-tiba dokter keluar dari ruang UGD.

“Dok gimana keadaan ibu saya?!” Tanya Sinka yang sedang panik.

“..........” Dokter tersebut hanya diam.

“Dok gimana keadaan ibu saya?!!!” Tanya Andre sambil membentak.

“Begini-begini, kami para medis sudah berusaha sekuat tenaga. Namun kalian sangat terlambat membawa ibu kalian ke rumah sakit. Maaf kami tidak bisa melakukan lebih, kami sudah berusaha semaksimal mungkin.”

“Innalillahiwainailaihi raji’un.” Ucap Andre.

“Ibu... Ibu.!!!!!!” Sinka langsung menangis dan berlari menuju kamar dimana ibundanya disemayamkan.

            Diwaktu yang bersamaan Naomi baru sampai rumah diantar oleh Rama.

“Tok!! Tok!!! Tok!!!!”
“Bu!! Sin!! Bukain pintunya kakak pulang!!” Kata Naomi yang sedang menggedor-gedor pintu rumahnya.

“Naomi ibu kamu tadi dibawa kerumah sakit sama Sinka dan teman cowonya, kalau nggak salah namanya Andre.” Kata tetangganya.

“Hah?! Rumah sakit? Rumah sakit mana? Ibu kenapa?”

“Di rumah sakit Setia Mitra, tadi sih kata Sinka ibu kamu sesak napas.”

            Naomi pun langsung menyusul ke rumah sakit Setia Mitra menggunakan bajaj, sesampainya disana ia melihat ada mobil Andre dan melihat Andre sedang duduk didepan teras UGD.

“Ndre ibu mana Ndre?!”

            Andre dan Sinka hanya menatap ke wajah Naomi. Sinka hanya diam dan menuntun kakaknya untuk bertemu jasad ibunya.

“Ibu... Ibu..... Nggak nggak mungkin ibu....” Naomi langsung menangis melihat jasad ibunya yang sudah terbujur kaku di kamar jenazah.

“Kak.. Aku mohon sama kakak, dengan kepergian ibu aku harap kakak bisa kembali jadi Shinta Naomi yang dulu yang aku kenal yang ibu kenal, bukan Shinta Naomi yang sekarang.” Kata Sinka sambil menangis.

“Iya Sin iya kakak janji, kakak nyesel selama ini udah nggak ngehormatin ibu, udah jarang shalat. Kakak minta maaf Sin kakak minta maafffff.” Jawab Naomi sambil memeluk Sinka dan sambil menangis.

“Naomi, aku udah denger cerita dari adik kamu. Aku harap kamu nggak lupa sama Allah. Selama ini kamu udah lupa sama kehadiran Sang Pencipta. Kamu lupa segalanya. Jauhin Rama, aku mohon. Dialah yang bikin kamu kayak gini Naomi.” Kata Andre.

“Iya Ndre maaf banget selama ini aku nggak dengerin kata-kata kamu. Aku tau kamu cuman mau yang terbaik buat aku. Maafin aku Ndre maafin aku.” Kata Naomi.

“Kamu nggak salah sama aku Naomi. Kamu sudah bersalah sama Allah, ibu kamu dan adik kamu. Bertaubatlah dan jangan ulangi lagi.”

            Mulai saat itulah Naomi sudah kembali seperti dulu lagi, ia sudah rajin shalat yang pasti dengan sajadah yang dahulu pernah dibelikan oleh adiknya dari hasil jerih payah ibundanya, ibadah, berdzikir, bahkan menyisihkan 2.5% hartanya untuk anak yatim. Ajakan-ajakan Rama pun kini sudah tidak dihiraukan lagi. Dan pada akhirnya Andre dan Naomi pun menikah dan mereka hidup bahagian bersama adiknya, Sinka Juliani.


“Jangan sampai kamu menunggu Allah menurunkan bencana padamu. Bertaubatlah, beribadahlah seakan-akan kamu akan mati esok hari.”
TAMAT

Created by: @Kentun666 (Fitriyanto)

15 July 2014

0 komentar:

Posting Komentar