“Bu adzan udah berkumandang tuh,
ayo siap-siap buka puasa.” Kata Naomi.
“Yasudah kamu ambil makanannya di
dapur gih sekalian bangunin adik kamu.” Jawab Ibunda dari Naomi.
“Baik bu.”
Setelah
Naomi mengambil makanan untuk berbuka puasa ia menuju ke kamar Sinka untuk
membangunkannya.
“Sin.. Sin.. Sinka bangun yuk
dik, sudah mau buka puasa nih.” Kata Naomi yang sambil menggoyang-goyangkan
tubuh Sinka.
“Emm i-iya kak sebentar ya aku
cuci muka dulu nanti aku nyusul.” Jawab Sinka sambil mengucek-ngucek matanya
yang masih setengah sadar.
“Yasudah cepet ya ibu udah nunggu
tuh.”
Shinta
Naomi begitulah nama wanita remaja ini, wanita ini baru saja lulus SMA dan
berniat ingin langsung mencari kerja. Tadinya ia ingin melanjutkan ke Universitas,
namun apadaya keluarganya tidak bisa mencukupi biaya-nya. Naomi memiliki adik
yang bernama Sinka Juliani, Sinka (begitu ia biasa dipanggil) sekarang duduk
dibangku kelas 2 SMA rencananya ketika Sinka lulus ia juga ingin langsung
bekerja, ya hitung-hitung membantu ekonomi keluarganya. Mereka berdua hanya
tinggal dengan ibundanya saja setelah ditinggal pergi ayahnya yang entah
kemana.
Naomi
ini dikenal sebagai anak yang baik, rajin shalat, rajin belajar, dan juga rajin
membantu ibundanya yang mempunyai bisnis kecil-kecilan yakni berjualan ketoprak
didepan rumahnya, tak hanya baik dan rajin Naomi ini terkenal memiliki
perawakan yang lumayan cantik untuk perempuan seusianya. Sifatnya pun tak kalah
baik, ia mudah bersosialisasi dengan orang sekitar, sedangkan adiknya yakni
Sinka justru lebih pemalu, ia jarang bergaul diluar rumah.
Suatu
hari Naomi sedang mencari pekerjaan di daerah Jakarta Pusat, karena terkenal
dengan kepintarannya dan sering mendapat beasiswa di SMA nya ia mudah mendapat
pekerjaan disalah satu kantor yang ada di kawasan Bundaran HI.
“Oke selamat kamu sudah bisa
mulai bekerja besok.” Kata HRD gedung tersebut.
“Yang benar pak? Alhamdulillah
terimakasih pak terimakasih.” Kata Naomi.
Sore
itu Naomi pulang kerumah dan membawa kabar baik ini kepada ibundanya dan juga
adiknya.
“Assalamualaikum.”
“Waalaukimsalam, eh anak ibu
sudah pulang. Bagaimana nak hari ini?” Tanya ibunda Naomi.
“Alhamdulillah bu aku dapet
kerjaan dan besok sudah mulai bekerja.” Kata Naomi yang sangat senang.
“Hah? Kakak dapat kerja?
Asiiiiik!!!! Selamat ya kak!” Kata Sinka ikut nimbrung.
“Hehe alhamdulillah dik, makanya
kamu belajar yang bener ya biar bisa kerja dikantor.” Kata Naomi sambil
mengelus rambut Sinka yang sedang belajar.
“Iya kak tenang aja pasti itumah
hehe.”
“Yasudah bu aku kekamar dulu ya
capek mau istirahat.”
“Iya nak istirahat lah yang cukup
nanti kalau sudah waktunya berbuka ibu bangunkan ya.”
“Iya bu hehe.”
Keesokan
harinya Naomi sudah mulai bekerja.
“Bu, Naomi berangkat dulu ya.
Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam hati-hati ya,
nak.”
Sesampainya
di kantor.
“Nah Andre ini Shinta Naomi,
karyawan baru di kantor kita. Dia bagian sekertaris, kamu kan sudah
berpengalaman makanya bimbing dia untuk mulai bekerja ya.” Kata bos
diperusahaan itu.
“Oh iya siap pak.”
“Yasudah saya tinggal dulu ya.”
Naomi
dan Andre berkenalan sambil berjabat tangan.
“Naomi.”
“Andre.”
“Nah sekarang kamu coba bikin
laporan ini dulu ya, ini kamu ketik semua habis itu kalau sudah selesai bilang
ke saya dulu ya nanti saya kasih tau tahap selanjutnya.”
“Oh iya baik mas Andre.
“Halah nggak usah panggil mas,
panggil Andre aja wong seumuran kok hehe.”
“Iya mas eh Ndre hehe.”
Andre
pun meninggalkan Naomi dengan kerjaan pertamanya. Tiba-tiba ada seorang lelaki
berwajah tampan bernama Rama menghampiri meja Andre untuk meminjam flashdisk.
“Ndre gua minjem.....” Rama
terdiam, ia kaget melihat Naomi.
“Minjem apaan?”
“Cantik banget Ndre....” Kata
Rama.
“Yeee dasar, ohiya gua lupa
ngenalin. Ini karyawan baru di kantor kita namanya Shinta Naomi dia di bagian
sekertaris.” Jelas Andre.
“Hai, gua Rama.” Kata Rama sambil
menjulurkan tangan kepada Naomi.
“I-iya saya Naomi.” Jawab Naomi
yang masih malu-malu.
“Ram minjem apaan buseh dia
bengong.” Gentak Andre.
“Eh i-iya ini gua minjem
flashdisk dong, fd gua error nih buat nyimpen data bentaran.”
“Yaudah nih, jangan di error-in
juga punya gua.”
“Iya-iya. St cantik ye, buat gua
nih yak.” Kata Rama sambil berbisik.
“Apaansih Ram dia itu karyawan
baru bukan mainan, pake buat lu buat lu segala. Contohin yang bener sama junior
dong.” Kata Andre.
“Ahh bilang aja lu takut saing
sama gua.”
“Terserah Ram terserah.”
Jam
sudah menunjukan pukul 16.00 semua karyawan telah selesai bekerja dan bergegas
pulang. Saat Naomi ingin pulang.
“Hai Naomi, pulang bareng yuk?”
Kata Rama yang tiba-tiba menghampiri Naomi.
“Yee modussss.” Sahut Andre.
“Yee bodoamat yang gua ajakin kan
Naomi bukan elu yeeee. Gimana? Mau kan? Hehe.”
“Aduh hmm gimana ya saya nggak
enak masa baru pertama kenal sudah diajak pulang bareng hehe.” Jawab Naomi.
“Aduh nggak apa-apa, sekali ini
aja kok ya ya ya?” Bujuk Rama.
“Hmm yasudah deh nggak apa-apa.”
Akhirnya
Rama dan Naomi pun pulang bersama, namun anehnya Rama tak mengantarkan Naomi
kerumahnya melainkan ke diskotik.
“Lho ini kan bukan jalan kerumah
saya, Ram.” Kata Naomi yang agak bingung.
“Tau rumah kamu dimana juga
nggak, makanya aku ajak kamu kesini dulu kita refreshing dulu.”
“I-ini tempat apa?” Tanya Naomi
polos.
“Udah masuk aja dulu.”
Naomi
dan Rama masuk ke diskotik tersebut, Rama memesan wine kepada para pelayan.
“Ini minum dulu.”
“Ini apa? Kok baunya begini sih?”
Tanya Naomi yang sembari mencium bau minumannya.
“Ini namanya wine, minuman orang
kaya nih, cobain dulu pasti kamu suka.”
Naomi
pun mencicipinya sedikit demi sedikit, awalnya ia tak suka dan menolak untuk
meminumnya lagi, namun lama-kelamaan ia dengan sendirinya meminum wine tersebut
sampai mabuk.
Sementara
itu ibunda Naomi dan adiknya cemas menunggu kedatangan Naomi yang sampai jam 21.30
belum juga sampai rumah.
“Haduh kakakmu kemana ya, Sin?
Kok jam segini belum pulang.” Kata ibunda Naomi.
“Iyaya. Hmm mungkin kakak lembur
kali bu makanya pulangnya larut. Sudah ibu istirahat saja ya biar Sinka yang
nunggu kak Naomi pulang.”
Tiba-tiba
ada sebuah mobil yang berhenti didepan rumah Naomi. Ibunda Naomi dan Sinka
terkejut dan juga terheran.
“Bu itu mobil siapa ya? Kok
berhenti di depan rumah kita?” Tanya Sinka.
“Nggak tau, nak.”
Tiba-tiba
Naomi keluar dari mobil tersebut sambil berjalan sempoyongan.
“Astaghfirullah Naomi..”
Ibundanya kaget melihat Naomi yang berjalan sempoyongan begitu, Rama yang sudah
mengantar Naomi pulang langsung menancap gas mobilnya pergi begitu saja.
“Ya Allah kakak, kakak habis
ngapain? Kok sempoyongan gini jalannya?” Tanya Sinka.
“Ahh berisik kakak capek mau
istirahat besok harus kerja lagi.” Kata Naomi yang gaya bicaranya melantur.
“Yaampun nak kamu bau alkohol,
kamu mabuk ya?” Tanya ibundanya.
“Dikit doang bu, udah ah Naomi
ngantuk mau tidur.” Kata Naomi yang langsung bergegas menuju kamarnya.
“Ya Allah anakku.” Kata Ibundanya
sambil meneteskan air mata.
“Sudah bu sudah, mungkin kak
Naomi lagi khilaf, maafin saja bu maafin.” Kata Sinka sambil memeluk ibunya.
Keesokan
harinya Naomi berangkat bekerja lagi.
“Bu Naomi berangkat.” Kata Naomi
jutek.
“Kamu nggak ngucap salam, nak?”
Tanya ibundanya.
“Nggak ah males, bosen salam
mulu.”
“Astaghfirullah kamu kenapa nak?”
“Kenapa? Naomi nggak
kenapa-kenapa kok. Udah ah berangkat dulu takut telat.”
Semenjak
saat itu sifat Naomi sudah mulai berubah, malas shalat, jarang berdzikir,
bahkan mengucap salam pun tidak.
“Halo Rama.” Sapa Naomi sambil
cipika-cipiki dengan Rama.
“Halo Naomi.”
“Naomi kamu sudah dekat dengan
Rama ya?” Tanya Andre sambil berbisik.
“Ih kepo banget sih Ndre.” Jawab
Naomi dengan jutek.
“Aneh banget, perasaan kemarin Naomi polos banget dan baik deh. Kok
sekarang jadi jutek gini ya? Apa jangan-jangan semalem Rama... Ah nggak, nggak
boleh suudzon sama orang nggak baik, harus husnudzon.” Andre pun merasakan
perbedaan sifat Naomi.
“Emmm Naomi aku boleh ngomong
sebentar?” Kata Andre.
“Ngomong apa?”
“Aku saranin kamu jangan terlalu
deket sama Rama, dia itu orangnya nggak baik. Aku ngomong gini supaya kamu bisa
jaga diri aja kok nggak ada maksud lain.”
“Ih kok lo ngelarang-larang gue
buat deket sama Rama sih? Emang lo siapa gue? Nyokap gue aja nggak pernah
ngelarang gue buat deket sama siapa aja.” Jawab Naomi sambil marah-marah.
“Yaampun bukan begitu, sudah
banyak sekertaris di kantor ini yang jadi korbannya Rama.”
“Udah deh yaa masabodo gue nggak
mau denger lagi apa yang lo omongin, gue mau fokus kerja!” Jawab Naomi sambil
membentak.
Rama
memang terkenal playboy, suka mempermainkan wanita dan memanfaatkannya. Andre
sudah menjadi rekan kerja Rama sejak 4 tahun yang lalu jadi tidak aneh kalau
Andre tau seluk beluk temannya itu.
Suatu
hari saat naomi sedang bekerja tiba-tiba adiknya menelfon lewat telfon umum,
memberitahu kalau ibunya sedang sakit.
“Halo dengan Naomi disini ada
yang bisa saya bantu?”
“Kak ini Sinka.”
“Sinka? Ada apa kamu nelfon?
Ganggu kakak kerja aja deh.”
“Hmm maaf kak tapi.. Ibu kak
ibu.”
“Ibu? Ibu kenapa?”
“Hmm ibu sakit kak badannya panas
menggigil.”
“Ahelah orangtua nyusahin aja
pake sakit segala, nanti dulu ah kakak belum gajian!”
“Astaghfirullah kak, kakak nggak
boleh ngomong gitu. Kakak bisa durhaka.”
“Ah kamu ini anak kecil tau apa
tentang durhaka?! Udah kakak mau lanjut kerja beli obat warung aja.”
“Tapi kak....”
Naomi
langsung menutup telfonnya begitu saja dan melanjutkan kerjanya.
“Ada apa Naomi?” Tanya Andre.
“Apaansih emang kalau gue ngasih
tau lo bisa bantu?”
“Insyaallah kalau ada rezeki
mungkin aku bisa bantu.”
“Hhh nyokap gue sakit, dan butuh
operasi.”
“Aku bisa kok bantu, tapi mungkin
cuman rawat jalan aja nggak bisa langsung operasi.” Kata Andre menawarkan
bantuan.
“Bener lo mau bantu? Yaudah nih
alamat gue, dateng aja kesini. Oh iya makasih.”
“Iya sama-sama.”
Sore
itu Andre berniat langsung mau kerumah Naomi untuk membantu pengobatan ibunda
Naomi.
“TOK!! TOK!! TOK!!”
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam, maaf siapa ya?”
Tanya Sinka.
“Saya teman kerjanya Naomi dik,
apa benar ini rumah Naomi?” Tanya Andre.
“I-iya benar saya adiknya, Sinka.
Ada apa ya?”
“Begini saya mau menawarkan
sedikit bantuan, saya dengar dari Naomi kalau ibundanya sedang sakit. Ini saya
membawa dokter untuk melakukan rawat jalan kepada ibu kamu.”
“Serius kak? Haduh makasih ya
kak...”
“Panggil aja kak Andre.”
“Iya makasih banyak kak Andre,
ayo masuk buka puasa disini dulu.”
“Aduh nggak usah dik, takut
merepotkan saya langsung pulang saja.”
“Tapi sudah mau maghrib lho kak.”
“Nggak apa-apa mungkin nanti saya
buka di jalan hehe. Oh iya kakakmu kemana?”
“Nggak tau kak, akhir-akhir ini
kakak pulang malem terus dan kalau sampai rumah pasti bau alkohol.”
“Astaghfirullah, Rama.”
“Hah? Siapa kak?”
“E-eh nggak nggak apa-apa kok
yasudah kakak pamit pulang ya, assalamualaikum.”
“Walaikumsalam hati-hati dijalan
kak sekali lagi terimakasih banyak.”
Di
tengah jalan Andre teringat pasti dalang dibalik semua ini Rama.
“Rama, nggak salah lagi pasti
dia.”
Sementara
itu Naomi baru sampai rumah pukul 22.00.
“Sudah pulang kak? Ada kabar
bagus kak tadi kak Andre bantuin ibu, dia ngasih biaya rawat jalan buat ibu.”
“Oh bagus dah.” Jawab Naomi
dengan juteknya.
“Nak kamu nggak shalat isya dulu?
Kamu sekarang sudah nggak pernah shalat lagi ibu perhatikan.”
“Ahhh!!!!” Naomi membanting gelas
yang ada di meja.
“Aku tuh capek bu! Males tau!
Kalau nggak capek juga pasti shalat!! Udah jangan cerewet aku mau tidur!” Kata
Naomi yang masih setengah mabuk.
“Bu sabar ya aku yakin pasti kak
Naomi bisa kembali kayak dulu lagi.” Kata Sinka yang mencoba menenagkan
ibundanya.
2
Hari kemudian hari ulang tahun Naomi, ibunda dan adknya berniat ingin
memberikan Naomi hadiah, namun mereka bingung hadiah apa yang ingin diberikan.
“Nak, hari ini kakakmu ulang
tahun kan?” Tanya ibunya yang sedang terbaring lemah.
“Iya bu, hari ini kak Naomi genap
berumur 20 tahun, memangnya kenapa?”
“Ambil dompet ibu yang ada di
lemari dan berikan kakakmu sebuah hadiah.”
“Hadiah? Tapi hadiah apa bu?
Barang-barang zaman sekarang sudah sangat mahal harganya.”
“Hmm belikan ia sebuah sajadah
nak supaya ia ingat kepada yang Kuasa.” Ulus ibundanya.
“Baik bu aku belikan dulu ya.”
Siang
itu juga Sinka berjalan ke pasar tradisional yang berada lumayan jauh dari
rumahnya, ia sangat senang karena bisa membelikan hadiah untuk kakaknya,
walaupun uangnya berasal dari ibunya.
Sore
itu Naomi pulang lebih awal, jam 18.00 ia sudah sampai dirumah dan langsung
disambut oleh Sinka.
“Eh kak Naomi sudah pulang, hmm
selamat ulangtahun yang ke-20 ya kak semoga panjang umur, sehat selalu, rajin
ibadahnya dan bisa berbakti sama ibu.” Kata Sinka sambil memeluk Naomi.
“Ya ya ya aamiin deh aamiin. Kado
mana nih??” Tanya Naomi sambil melepas pelukan adiknya.
“Hmm ini kak, ini kado dari ibu.”
Kata Sinka sambil memberikan sajadah yang tadi dibelinya.
“Hah? Sajadah? Nggak salah nih?
Yaelah sajadah doang mah kakak bisa beli.” Kata Naomi sambil melempar sajadah
itu ke lantai.
“Astaghfirullah kak ini hadiah
dari ibu supaya kakak ingat terus sama Allah.” Jawab Sinka sambil memungut
sajadah itu dan membersihkannya.
“Alah kalau emang nggak niat
ngasih hadiah mah nggak usah beliin. Udah ah sampai rumah bukannya dibikin
seneng malah dibikin kesel.” Kata Naomi sambil berjalan kekamarnya.
“Maaf nak hanya itu yang bisa ibu
berikan, ibu sedang nggak ada uang ibu kan lagi sakit jadi libur berjualan.”
Kata ibundanya.
15
hari sudah ibunda Naomi dan Sinka melakukan rawat jalan, namun tak ada
perkembangan yang baik.
“Dok bagaimana ibu saya?” Tanya
Sinka.
“Dik saya sarankan untuk membawa
ibumu ke rumah sakit. Kanker kelenjar otaknya sudah nyaris meluas. Kalau tidak
segera dibawa ke dokter kemungkinan selamat sangat kecil. Baiklah saya permisi
dulu.”
Sinka
menangis mendengar kata-kata dokter barusan, ia tak tahu apa yang harus ia
perbuat. Ia tak ingin meminta tolong pada Andre karena Andre sudah membantu
sejauh ini.
“Aku pulang.” Kata Naomi. Sifat
naomi semakin kesini semakin menjadi-jadi. Bukan perubahan positif yang ada di
dirinya melainkan perubahan negatif yang terus berkembang.
“Kak ibu...” Kata Sinka.
“Kenapa lagi ibu? Hah?!”
“Nggak, nggak apa-apa.” Ia tak
ingin memberitahu penyakit ibundanya kepada Naomi karena ia takut kalau Naomi
akan kepikiran dan tidak fokus bekerja.
Sampai
akhirnya 5 hari kemudian, tepat 20 hari setelah ibunda Naomi dan Sinka
menjalani rawat jalan tiba-tiba nafasnya sesak.
“Bu!! Ibu kenapa!! Bu!!! Tolong!!!”
Teriak Sinka. Warga sekitar pun mendengar teriakan Sinka dan langsung
membawanya ke rumah sakit terdekat. Saat itu Naomi sedang bersenang-senang
bersama Rama di diskotik.
Pada
saat yang bersamaan Andre datang kerumah Naomi untuk menjenguk ibundanya.
“Sin! Ibu kenapa Sin?!” Tanya
Andre yang melihat Sinka menangis melihat ibundanya digotong warga menuju rumah
sakit terdekat.
“Nggak tau kak ibu tiba-tiba
sesak nafas.”
“Aduh yaudah-yaudah naikin ke
mobil kakak aja, ayo kakak antar kerumah sakit.”
Andre
dan Sinka pun langsung bergegas menuju rumah sakit terbagus, sesampainya disana
Andre langsung memanggil UGD untuk membawa ibunda Sinka keruang pemeriksaan.
“Sin udah jangan nangis, berdoa
aja supaya ibu kamu baik-baik aja. Minta sama Allah supaya ibu kamu diberi
kesehatan.” Kata Andre sambil menangkan Sinka.
“Iya kak iya.” Jawab Sinka sambil
mengusap air matanya.
“Kakak kamu kemana?”
“Nggak tau kak, kakak sekarang
berubah banget. Dulu kakak rajin shalat, dzikir, hormat sama ibu. Tapi sekarang
ngasih salam aja nggak mau.”
“Astaghfirullahaladzim, yaudah
bentar kakak tau dimana kakak kamu.”
Andre
langsung menelpon Rama untuk memberitahu Naomi kalau ibunya masuk rumah sakit.
“Ayo Rama angkat Ram angkat!!!”
Berkali-kali
Andre menelpon Rama namun tak ada jawaban sama sekali ia bingung harus
bagaimana, tiba-tiba dokter keluar dari ruang UGD.
“Dok gimana keadaan ibu saya?!”
Tanya Sinka yang sedang panik.
“..........” Dokter tersebut
hanya diam.
“Dok gimana keadaan ibu saya?!!!”
Tanya Andre sambil membentak.
“Begini-begini, kami para medis
sudah berusaha sekuat tenaga. Namun kalian sangat terlambat membawa ibu kalian
ke rumah sakit. Maaf kami tidak bisa melakukan lebih, kami sudah berusaha
semaksimal mungkin.”
“Innalillahiwainailaihi raji’un.”
Ucap Andre.
“Ibu... Ibu.!!!!!!” Sinka
langsung menangis dan berlari menuju kamar dimana ibundanya disemayamkan.
Diwaktu
yang bersamaan Naomi baru sampai rumah diantar oleh Rama.
“Tok!! Tok!!! Tok!!!!”
“Bu!! Sin!! Bukain pintunya kakak
pulang!!” Kata Naomi yang sedang menggedor-gedor pintu rumahnya.
“Naomi ibu kamu tadi dibawa
kerumah sakit sama Sinka dan teman cowonya, kalau nggak salah namanya Andre.”
Kata tetangganya.
“Hah?! Rumah sakit? Rumah sakit
mana? Ibu kenapa?”
“Di rumah sakit Setia Mitra, tadi
sih kata Sinka ibu kamu sesak napas.”
Naomi
pun langsung menyusul ke rumah sakit Setia Mitra menggunakan bajaj, sesampainya
disana ia melihat ada mobil Andre dan melihat Andre sedang duduk didepan teras
UGD.
“Ndre ibu mana Ndre?!”
Andre
dan Sinka hanya menatap ke wajah Naomi. Sinka hanya diam dan menuntun kakaknya
untuk bertemu jasad ibunya.
“Ibu... Ibu..... Nggak nggak
mungkin ibu....” Naomi langsung menangis melihat jasad ibunya yang sudah
terbujur kaku di kamar jenazah.
“Kak.. Aku mohon sama kakak,
dengan kepergian ibu aku harap kakak bisa kembali jadi Shinta Naomi yang dulu
yang aku kenal yang ibu kenal, bukan Shinta Naomi yang sekarang.” Kata Sinka
sambil menangis.
“Iya Sin iya kakak janji, kakak
nyesel selama ini udah nggak ngehormatin ibu, udah jarang shalat. Kakak minta
maaf Sin kakak minta maafffff.” Jawab Naomi sambil memeluk Sinka dan sambil
menangis.
“Naomi, aku udah denger cerita
dari adik kamu. Aku harap kamu nggak lupa sama Allah. Selama ini kamu udah lupa
sama kehadiran Sang Pencipta. Kamu lupa segalanya. Jauhin Rama, aku mohon.
Dialah yang bikin kamu kayak gini Naomi.” Kata Andre.
“Iya Ndre maaf banget selama ini
aku nggak dengerin kata-kata kamu. Aku tau kamu cuman mau yang terbaik buat
aku. Maafin aku Ndre maafin aku.” Kata Naomi.
“Kamu nggak salah sama aku Naomi.
Kamu sudah bersalah sama Allah, ibu kamu dan adik kamu. Bertaubatlah dan jangan
ulangi lagi.”
Mulai
saat itulah Naomi sudah kembali seperti dulu lagi, ia sudah rajin shalat yang
pasti dengan sajadah yang dahulu pernah dibelikan oleh adiknya dari hasil jerih
payah ibundanya, ibadah, berdzikir, bahkan menyisihkan 2.5% hartanya untuk anak
yatim. Ajakan-ajakan Rama pun kini sudah tidak dihiraukan lagi. Dan pada
akhirnya Andre dan Naomi pun menikah dan mereka hidup bahagian bersama adiknya,
Sinka Juliani.
“Jangan sampai kamu menunggu
Allah menurunkan bencana padamu. Bertaubatlah, beribadahlah seakan-akan kamu
akan mati esok hari.”
TAMAT
Created by: @Kentun666
(Fitriyanto)
15 July 2014
0 komentar:
Posting Komentar