Romantisme Cinta Pertama

Siang itu Nisa, Nahdia, dan Nabila pulang dari sekolahnya, cuaca saat itu lumayan panas mereka langsung menuju salah satu restoran didaerah Jakarta.

“Ah buset panas bener, sampai dehidrasi gue.” Ucap Nahdia sambil mengusap keringat diwajahnya.

“Hellooo emangnya lu doang yang kepanasan(?) Kita juga nih huhu.” Sahut Nisa sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan kertas yang ditekuknya.

“Ah berisik aja lu berdua, mending kita kesana tuh lumayan lah beli minuman dikit-dikit mah haha.” Sambung Nabila.

“Boleh tuh cus yuk ah~”


            Nisa Murni Cahyati atau biasa dipanggil Emce/MC oleh teman-temannya ini adalah siswi kelas 1 SMK Negeri yang terletak didaerah Cilandak Barat, ia mempunyai best friend yang bernama Nahdia Firdausy dan Nabila Amanda. Merrka bertiga ini kalau pergi selalu bertiga, tak pernah pisah mereka bersahabat sejak pertama kali masuk SMK.

“Ce lihat apasih?” Tanya Nahdia kepada Nisa yang sedang melihat keluar jendela.

“Ohh itutuh Nad kakak kelas, dia kelas 3 namanya Angga.” Sahut Nabila.

“Ih apaansi nggak kok emm itu motornya bagus.” Kata Nisa berbohong.

“Yaelah boong lu kayak anak kecil Ce masih bisa kebaca haha udah kenalan aja lah.” Kata Nahdia.

“Ah lu mah nggak kok serius deh orang gue nggak liatin apa-apa. Eh udah yuk pesen aus nih.” Jawab Nisa sambil mengalihkan pembiacaraan.

“Errr yaudah-yaudah pesen dah.” Sahut Nabila.

            Mereka pun menikmati minuman yang dipesannya. Hari mulai sore akhirnya mereka pun kembali pulang kerumah.

            Keesokan harinya mereka libur sekolah karena hari Sabtu, Nisa menyempatkan untuk membantu ibunya direstoran kecil miliknya.

“Nis kamu nggak main sama teman-teman mu?” Tanya ibunda Nisa.

“Nggak ah bu mau bantuin ibu aja hehe.” Jawab Nisa.

“Alah bilang aja nggak punya temen lagi haha.” Ledek adik sepupu Nisa yang sedang berlibur kerumah Nisa.

“Ih apasih sok tau kamu.”

“Heeh sudah-sudah. Nis tolong belikan ibu bumbu dapur di pasar seberang ya.” Kata ibunda Nisa.

“Oke bu.”

            Nisa pun langsung berjalan menuju pasar diseberang rumahnya, letak pasarnya memang agak sedikit jauh yaa sekitar 700m dari rumahnya. Saat Nisa sedang berjalan menuju pasar tiba-tiba.

“BRUK!!!”

“Aaaaaa!!!!!” Nisa terkejut bukan main, didepannya ada seorang lelaki jatuh dari atas pohon.

“Hai, mau mangga?” Kata lelaki tersebut.

“........” Nisa terdiam, ternyata itu adalah Angga. Lelaki yang disukainya.

“Ini ambil.” Kata Angga.

“I-iya, terimakasih.” Jawab Nisa dengan gugupnya.

            Angga langsung berbalik pulang, terlihat sepertinya kaki Angga sedikit sakit karena ia berjalan pincang saat pulang. Betapa senangnya Nisa padahal hanya diberikan mangga oleh Angga.

            2 haripun berlalu, saat ini hari Senin. Cuaca masih sangat terik karena akhir-akhir ini sedang musim panas. Nisa, Nahdia, dan Nabila berhendak membeli minuman dikantin sekolah.

“Wa, teh 3 ya.” Kata Nisa memesan minuman. Tiba-tiba ia diserobot oleh kakak kelas pemain bola yang sedang kehausan.

“Wa gua dulu.” Kata Randy.

“Eh kak apa-apaan nih kan gue dulu yang mesen!” Kata Nisa.

“Lho kok lu nyolot? Adik kelas aja gaya banget lu. Lu nggak tau kalau gue pemain terbaik disekolah ini?” Kata Rendy menyombongkan diri.

            Tiba-tiba saat mereka sedang berdebat Angga menyerobot pesanan minuman Rendy dan langsung memberikannya pada Nisa.

“Teh 3 cukup?” Tanya Angga.

“C-cukup kak cukup.” Jawab Nisa.

            Tanpa mengucap apapun Angga langsung pergi kekelasnya.

“Ohh dia mau bergaya disini Ren.” Kata Rama, teman se-team sepakbola Rendy.
“Biar liat aja nanti.” Kata Rendy yang penuh dendam pada Angga.

            Sepulang sekolah Angga berniat mengambil handuknya yang tertinggal di aula sekolah, tiba-tiba Rendy memukul Angga dari belakang.

“Jadi kau mau sok pahlawan ya? Hah?!” Bentak Rendy.

“Apa maksudmu?” Jawab Angga.

“Halah udah nggak usah banyak bacot lu, face to face aja sini sama gua.” Tantang Rendy.

“Gua lagi nggak mau berurusan sama siapapun.” Jawab Angga.

“Lu takut? Yaampun eh temen-temen tau nggak siapa yang bikin timnas kita nggak masuk final gara-gara tendangan penalti? Ayahnya dia! Ayahnya dia itu cemen nendang penalti aja nggak bisa!” Ejek Rendy.

            Tanpa basa-basi kesabaran Angga mulai hilang, dan ia langsung menghajar Rendy di aula sekolah. Pada saat yang bersamaan Nisa mendapat pesan singkat dari teman sekelasnya.

“Nis Angga berantem di aula sekolah sama Rendy nih.”

“Guys Angga lagi berantem sama Rendy di aula, ayo kita tolngin!” Kata Nisa kepada Nahdia dan Nabila. Mereka bertiga langsung memutar balik motornya kembali kesekolahan.

            Sesampainya mereka disana ternyata aula sekolah sudah sepi dan Nisa menemukan kancing yang bernoda sedikit darah, ia berfikir kalau kancing itu milik Angga jadi ia baawa pulang.

“Yaampun segala kancing lu bawa pulang Ce.” Kata Nahdia.

“Hehehe siapa tau ini punya Angga, Nad kan lumayan.” Jawab Nisa.

“Bener-bener udah gesrek gara-gara Angga nih anak.” Sahut Nabila.

“Eh biarin dong kayak nggak tau rasanya orang jatuh cinta aja lu hahaha.”

“Ce kenapa lu nggak coba deketin Angga aja?” Tanya Nahdia.

“Ah gilak lu Nad nggak pede gue.” Jawab Nisa.

“Iya bener tuh Ce, deketin aja emangnya kenapa kan kalian sama-sama jombs haha.” Sahut Nabila.

“Yee bukannya gitu Nab ada beberapa alasan gue nggak mau deketin dia salah satunya gue minder alias nggak pede.”

“Halah udah pokoknya besok lu harus mulai deketin dia, kita yang bantuin sampe lu dapet.” Kata Nahdia.

“Eh tapi....”

“Udah ayo mending pulang dah haha.” Belum selesai Nisa bicara Nahdia langsung memotongnya.

            Keesokan harinya mereka bertiga mulai menjalankan misinya untuk menarik perhatian Angga.

“Oke pertama kita harus kasih hadiah sama Angga.” Kata Nahdia.

“Ngasih apa Nad?”

“Hmmm gimana kalau coklat? Dia pasti seneng Ce.”

“Naah boleh tuh, gue beli dulu kalian tunggu sini ya pastiin kalau Angga belum pulang.” Kata Nabila.

            Tak berapa lama kemudian Nabila kembali membaawa sekotak coklat.

“Nih kasih.”
           
            Saat mereka menuju parkiran motor untuk meletakkan hadiahnya ternyata di motor Angga sudah banyak sekali hadiah, Angga memang orang yang terkenal akan ketampanannya dan juga kepintarannya disekolah, tak heran ia mempunyai banyak penggemar.

“Yaampun ini motor apa penitipan hadiah?” Tanya Nahdia heran.

“Yaah terus gimana dong nih?” Tanya Nisa.

“Hmm tenang-tenang gue punya rencana.” Kata Nabila.

            Nabila menyarankan untuk mengambil semua hadiah tersebut dan menhabiskannya sendiri, lalu meletakkan satu-satunya hadiah dari Nisa di motor Angga.

“Oke sekarang kita tinggal tunggu aja Angga ngambil coklatnya.” Kata Nabila.

            Tak lama kemudian Angga datang ke parkiran dan menuju motornya, ia melihat ada sekotak coklat tapi saat diangkat olehnya coklat itu mencair dan sedikit tumpah.

“Yaampun gue lupa satu hal.” Kata Nahdia.

“Apa itu?” Tanya Nisa.

“Kita ini tinggal di negara tropis.”

            Hari pertama bisa dibilang sukses tapi gagal karena coklatnya mencair, akhirnya mereka melanjutkan ke hari berikutnya.

            Hari berikutnya Nahdia menyarankan untuk mengelabui Angga.

“Jadi hari ini gimana Nad?” Tanya Nisa.

“Gini gue ada rencana, lu pokoknya harus pulang bareng dia, diboncengin sama dia.” Kata Nahdia.

“Caranya?” Tanya Nabila.

“Iya caranya gimana?” Sahut Nisa.

“Jadi gini kita pura-pura aja motor lu rusak terus lu bilang deh sama dia, pasti dia ngasih tumpangan.” Kata Nahdia.

“Hadeh nanti kalau dia nyoba nyalain trus nyala gimana? Ketauan bohongnya gue Nad.”

“Gini aja deh gimana kalau kehilangan kunci, pasti kan nggak ada alasan tuh.” Usul Nabila.

“Gimana bisa kehilangan kunci orang kuncinya ada di gue.” Kata Nisa.

“Sekarang hilang kan?” Kata Nahdia yang langsung mengambil kunci motor Nisa dan meletakannya didalam tas.

“Oke sekarang kita samperin dia.

            Saat mereka bertiga ingin menghampiri Angga tiba-tiba.

“Aduh..”

“Eh Duik kamu nggak apa-apa?” Tanya Angga yang melihat Duik terjatuh didepan motornya.

“Nggak kok nggak apa-apa cuman keseleo aja sedikit.”

“Aduh jangan dipaksakan, ayo sini aku antar kerumahmu.” Kata Angga.

            Harapan Nisa pun gagal lagi.

“Men kurang cepet kita hadeh.”

            Keesokan harinya kawan lama Angga pindah dari Bandung ke Jakarta dan ia masuk di sekolah yang sama dengan Angga dan Nisa, nama temannya adalah Dimas.

“Ngga!!!” Panggil Dimas.

“Wih Dimas apa kabar? Lu pindah disini sekarang?” Tanya Angga.

“Iya Ngga bokap gue kerja di Jakarta sekarang jadi gue sama nyokap ngitu kesini deh hehe.”

            Dimas tak kalah tampan dengan Angga jadi dia juga lumayan banyak mempunyai penggemar disekolah tersebut. Suatu hari saat Angga dan Dimas sedang ke kantin.

“Ngga itu siapa?” Tanya Dimas yang menunjuk ke arah Nisa.

“Ohh itu adik kelas, namanya Nisa Murni Cahyati.” Jawab Angga.

“Hoo manis juga ya hehe.”

“Lu suka sama dia Dim?”

“Kayaknya sih gitu, emangnya kenapa?”

“Hmm gue saranin jangan deketin dia deh.”

“Lho emangnya kenapa?” Tanya Dimas penasaran.

“Emm eh itu kita dipanggil pelatih ayo latihan..” Angga mengalihkan pembicaraannya.

            Siang itu sepulang sekolah Nisa menemukan sepucuk surat yang ada di tasnya, surat itu berisikan:

Nis, nanti jam 3 seusai anak futsal selesai latihan bisa nemuin gue di aula nggak? Kalau bisa gue tunggu yaa sampai bertemu jam 3

            Nisa berfikir surat itu dari Angga. Jam pun menunjukan pukul 15.00 Nisa langsung menuju aula, ia sangat bersemangat karena ia akan menemui Angga. Sesampainya ia di aula, Nisa melihat Angga sedang berjalan menuju kearahnya, tiba-tiba Dimas datang dari samping.

“Hai Nis, udah baca surat dari gue ya?” Tanya Dimas.

“Surat? Maksud kakak surat yang ini?” Tanya Nisa sambil menunjukan surat yang tadi ia temukan didalam tasnya.

“Iya yang itu hehe.” Kata Dimas.

“Lho bukannya surat ini dari kak Angga? Terus kak Angga?” Tanya Nisa penasaran.

“Ohh nggak Nis kakak cuman pengen nanya aja kenapa kamu masih disini udah sore gini, eh nggak taunya mau nemuin Dimas hehe yasudah kakak balik dulu ya, Dim duluan.” Kata Angga.

“Iya Ngga ati-ati.”

“Jadi apa yang mau kakak omongin?” Tanya Nisa.

“Gini Nis, aku suka sama kamu dari awal ngeliat. Kamu mau jadi pacar aku?”

“......” Nisa hanya diam, ia tak tahu harus jawab apa. Ingin menolak tapi tak enak, ingin menerima tapi ia tak ada rasa.

“Diam ku anggap kamu nerima lho.” Kata Dimas.

“....” Nisa masih terdiam bingung.

“Oke ku anggap kamu menerimanya ya Nis.” Kata Dimas.

            Sejak saat itulah Nisa dan Dimas berpacaran, ia sering sekali pulang bersama, jalan-jalan bersama tapi kelihatannya Nisa seperti tak ada rasa dengan Dimas.

            Hari itu Dimas mengadakan acar reuni teman SMP nya, termasuk Angga juga, acaranya malam minggu. Dimas mengajak Nisa untuk ikut datang juga, Nisa pun mengiyakan saja karena ia tak enak.

            Acara malam itu berlangsung sangat meriah, sampai akhirnya ketika Nisa, Dimas, dan Angga sedang berjoget api unggun Dimas mencium pipi Nisa. Nisa langsung terdiam, sepertinya ia tak suka dicium didepan umum seperti itu. Malam pun makin larut, Nisa harus pulang kerumahnya dengan diantar Dimas.

“Nis besok kita jalan-jalan ya.” Kata Dimas.

“Maaf kak aku nggak bisa.” Jawab Nisa.

“Lho kenapa emangnya? Kamu nggak mau jalan-jalan sama pacar kamu?” Tanya Dimas.

“Pacar? Kapan aku pernah nerima kakak jadi pacar aku? Aku bilang iya pun nggak pernah. Maaf kak aku udah punya orang yang aku cintai sepenuhnya, dan itu bukan kamu kak.” Jelas Nisa.

“Jadi? Apa maksudnya dari semua ini? Siapa Nis orang itu?” Tanya Dimas. Namun Nisa tak menjawabnya, ia langsung masuk kedalam rumahnya. Dan mulai saat itulah hubungan Dimas dan Nisa berakhir.

            Keesokan harinya Nisa kembali kesekolah, ia sudah lama tak berkumpul dengan Nahdia dan Nabila semenjak berpacaran dengan Dimas.

“Hai nanti pulang sekolah ngerjain tugas dirumah gue yuk!” Ajak Nisa.

“Kerjain aja dirumah Dimas!” Kata Nahdia yang jutek dan langsung meninggalkan Nisa sendirian.

            Mulai saat itulah Nisa dijauhi oleh kedua sahabatnya itu, Nisa sadar apa yang dilakukannya salah ia telah melupakan teman-temannya.

            Saat Nahdia dan Nabila sedang duduk-duduk di teras kelas.

“Nad, Nab...” Panggil Nisa.

“Apa? Nggak sibuk sama Dimas?”

            Nisa langsung menangis dipelukan kedua sahabatnya itu, ia berkata ia menyesal.

“Nad, Nab maafin gue, gue udah lupa sama kalian semua, gue sadar gue bukan apa-apa tanpa sahabat kayak kalian. Plis Nad, Nab maafin gue, gue nggak mau kehilangan alian berdua, gue sayang kalian.” Kata Nisa sambil memeluk Nahdia dan Nabila.

            Nahdia dan Nabila pun ikut terharu, mereka ikut menangis dan langsung memaafkan Nisa.

“Iya Ce iya maafin kita juga ya kita nggak bakal ninggalin lu lagi kok, lain kali jangan begini lagi ya.” Kata Nahdia sambil emngusap air mata Nisa.

            Akhirnya mereka bertiga kembali bersahabat seperti dahulu. Hari mulai mendekati kenaikan kelas dan juga kelulusan kelas 3. Hari pun terus berganti akhirnya pengumuman kelulusan pun terdengar dan hasilnya semua lulus 100% termasuk Angga.

            Hari itu kelas 3 mengadakan coret-coretan di aula sekolah, kebanyakan kelas 1 dan 2 juga mengikuti acara coret-coretan sebagai tanda kelulusan kelas 3 tersebut, termasuk Nisa, Nahdia dan Nabila.

“Ce, ungkapin perasaan lu ke Angga dong, dia kan udah lulus nanti nggak ketemu lagi nyesel lho.” Kata Nahdia.

“Hmm gimana ya..” Kata Nisa ragu-ragu.

“Udah buru kejar dia lagi di aula sendirian tuh.” Kata Nabila.

“Oke gue ungkapin sekarang!!!” Kata Nisa bersemangat.

“Nah gitu dong ganbatte good luck Nis.”

            Nisa pun menghampiri Angga yang sedang asyik memotret keadaan aula sekolah untuk kenang-kenangan.

“Eh Nisa ada apa?” Kata Angga.

“Kak aku mau ngomong sesuatu.” Kata Nisa.

“Hmm ngomong apa?”

“S-sebenernya aku suka sama kakak dari awal aku masuk sini, aku udah mendem perasaan ke kakak selama setahun, coklat yang cair itu juga dari aku, kakak mau jadi pacar aku?” Kata Nisa memberanikan diri.

“......” Angga diam.

            Nisa melihat coretan di seragam Angga yang bertuliskan “Angga love Duik” Nisa disitu terdiam, dan perlahan meneteskan air mata.

“K-kak Angga? Sama kak Duik?”

“Nis...”
“Sejak kapan?” Tanya Nisa.

“Sejak seminggu yang lalu. Tapi Nis..”

“Nggak apa-apa kalian cocok kok, aku turut bahagia.” Kata Nisa sambil mengusap air matanya.

“Nis...”

            Nisa langsung membalikan badan dan pergi menjauh dari Angga.

“Nis... Kamu nggak apa-apa?” Teriak Angga.

“Iya.” Jawab Nisa.

            Terlihat disitu Angga mengeluarkan wajah menyesalnya. Nisa pun langsung berlari sambil menangis.

“Nis lu kenapa? Nis...”

“Biarin dia sendiri Nad.” Kata Nabila.

            Hari pun mulai sore, semua siswa kembali kerumahnya masing-masing termasuk Angga. Saat Angga sampai di rumah ia melihat ada mobil mewah terparkir didepan rumahnya, dan saat ia masuk.

“Ah ini dia, nak kenalkan ini pemilik SSB Arsenal, teman ayah. Dan ini pelatih SSB Arsenal, kamu akan ayah masukan ke sekolah sepakbola SSB Arsenal, bagaimana?” Kata ayahnya Angga memberikan kejutan pada Angga.

“Ini serius yah?”

“Iya serius nak, yasudah kamu ganti baju sana kamu langsung berangkat malam ini juga.”

            Angga terlihat sangat senang, ia berlari kedapur dan mengambil coklat yang disimpannya di kulkas, ternyata itu coklat dari Nisa. Ia masih menyimpan coklat yang diberikan Nisa.

            Angga masuk kekamar, ia melihat buku diarynya tentang Nisa, ia berfikir hanya ini pemberian terakhirnya pada Nisa. Saat ia berangkat menuju SSB Arsenal ia sempatkan untuk mampir kerumah Nisa dan meletakkan buku itu didepan rumahnya.

            Tak berapa lama kemudian Nisa keluar dan melihat buku itu, terlihat matanya sembab seperti habis menangis, ternyata ia masih sedih saat kejadian tadi siang. Ia langsung mengambil buku tersebut dan membacanya dikamar. Isi buku tersebut:

Ini hari yang aneh, aku bertemu dengan seorang wanita culun yang aneh. Awalnya aku hanya berniat untuk berteman, tapi setelah kejadian aku memberikan mangga itu kurasa aku ingin lebih dari teman. Hah bodoh.

Saat itu sedang asyiknya aku bermain sepakbola, aku melihat wanita itu diganggu oleh Rendy, heh si pencari masalah itu lagi. Aku ingin terlihat seperti pahlawan didepan wanita itu karena itulah aku mencoba memberikan minuman padanya. Aku senang melihat senyumnya saat aku memberikan minuman padanya.

Nisa Murni Cahyati, itulah namanya. Darimana ku tahu? Aku memiliki teman lelaki di kelas 1, jadi aku tanya saja padanya. Tadinya aku ingin menanyakannya sendiri tapi aku malu hehe.

Hari itu panas sekali aku berniat hendak langsung pulang, tapi saat aku menuju ke parkiran motor aku menemukan sekotak coklat dan disitu tertulis ‘From: Nisa Murni Cahyati 1 Akuntansi’ aku sangat senang mendapat hadiah darinya, yaa walaupun agak sedikit mencair tapi masih banyak sisa yang bisa dimakan hehe sesampainya dirumah aku menyimpannya didalam kulkas, aku tak ingin memakannya kuanggap ini pemberian berharga darinya.

Minggu ini temanku, Dimas datang ke Jakarta dan pindah sekolah di tempatku sekolah juga, ia mulai bertanya kepadaku siapakah wanita manis itu, ku jawab dengan memberitahu namanya tapi aku mengatakan ‘gue saranin jangan deketin dia deh’ itu karena aku tak ingin siapapun mendapatkannya kecuali aku sendiri.

Namun saat itu kurasa Dimas nekat mendekatinya, ku lihat Nisa sedang di aula sekolah sendirian aku berhendak menanyakan sedang apa dia, dan ternyata ada Dimas, aku tak enak aku pun berniat pulang tapi saat aku ingin pulang aku mendengar Dimas menyatakan perasannya padamu, tahukah kamu kalau aku sangat sakit mendengar kata-kata itu?

Malam itu malam reuni kami, aku tak menyangka kalau Dimas mengajak Nisa juga, kupikir tak apalah setidaknya aku bisa melihatnya hehe tapi saat kami bertiga menari di sekeliling api unggun aku melihat Dimas mencium pipi Nisa. Yah aku bisa apa? Aku hanya bisa menahan perasaan sakit hati dan cemburu.

Kupikir harapanku untuk mendapatkan Nisa sudah pupus maka dari itu aku menyatakan cinta pada Duik, tapi tak disangka ternyata Nisa juga menyukai ku, ia mengungkapkannya saat acara coret-coret kelulusan sekolah. Aku sangat menyesal, seandainya aku bisa memutar jarum jam kekiri.

            Nisa semakin menangis setelah membaca buku diary milik Angga ini, ia tak bisa berbuat apa-apa karena ia tahu Angga sedang dalam perjalanan ke SSB Arsenal, ia tahu dari teman sekelas Angga.

            2 hari kemudian pengambilan rapot sekaligus pengumuman kenaikan kelas, Nisa mendapatkan ranking 1 dikelasnya. Ayahnya pernah berjanji padanya. Kalau Nisa mendapat ranking 1 di sekolahnya maka ia akan bisa bertemu ayahnya yang sedang bekerja di Amerika Serikat, masalah biaya semua ditanggung oleh ayahnya.

“Nak besok kamu mulai berangkat ke Amerika, jaga dirimu baik-baik yaa disana.” Kata ibunda Nisa.

“Iya bu, ibu juga yaa baik-baik disini sama tante.” Kata Nisa sambil memeluk ibundanya.

------o0o------

            9 tahun berlalu, Nisa sudah menyelesaikan studinya di Amerika dan kini ia menjadi penulis terkenal di Indonesia maupun di luar Indonesia, banyak dari karya tulisnya yang sudah dijadikan film versi luar negeri maupun dalam negeri.

            Hari itu ia datang ke Indonesia untuk menjenguk ibundanya sekaligus menghadiri acara talkshow di salah satu TV swasta, ia juga mengundang ibundanya dan juga teman-temannya yakni Nahdia dan Nabila untuk datang ke acara talkshow tersebut.

“Yak ini dia kita sambut, penulis kita Nisa Murni Cahyati!!!!” Kata seorang host talkshow tersebut.
“Halo Nisa apa kabar? Sudah lama nggak ke Indonesia nih.”

“Hehe iya aku menyelesaikan studi ku dan juga menyelesaikan project tulisanku yang selanjutnya dan mungkin ini project ku yang terakhir.” Kata Nisa.

“Lho kenapa yang terakhir? Sayang sekali Nis karya mu kan banyak disukai orang.” Kata host.

“Hmm kalau diceritakan akan sangat amat panjang, ini kisah pengalaman pribadiku hehe.”

“Bisa dikasih bocoran judul?”

“Judulnya ‘Romantisme Cinta Pertama’ hehe.”

“Wah sepertinya bagus ceritanya, kalau boleh tahu apa yang mengispirasi kamu sampai sesukses ini?”

“Hmm yang pasti inspirasi dari orangtua ku, dan juga karena aku jatuh cinta pada seseorang.”

“Jatuh cinta?”’

“Iya hehe panjang ceritanya deh pokoknya.” Kata Nisa.

“Kalau begitu masih ingat buku ini?” Host tersebut memberikan buku diary milik Angga kepada Nisa.

“M-masih, inilah salah satu inspirasi ku.” Kata Nisa yang sedikit kaget.

“Oke baiklah kalau begitu mari kita sambut pemilik buku ini!!!”

            Nisa kaget, ia bingung harus apa. Tak lama kemudian Angga masuk membawa bunga dan langsung diberikan kepada Nisa. Nisa kaget sekaligus senang melihat Angga ada didepannya setelah 9 tahun tak bertemu.

“Jadi ini yang membuatmu jatuh cinta dan sampai jadi inspirasi? Hehe” Ledek host tersebut.

“Iya inilah orangnya.” Kata Nisa gugup.

“Baik Nisa ada yang ingin kamu sampaikan kepada Angga?”

“Ada. Angga, apa kamu sudah menikah?” Tanya Nisa.

“......” Angga hanya diam.
“Aku.. Aku sedang menunggu wanita pulang dari Amerika.” Yang Angga maksud adalah Nisa sendiri.

            Nisa langsung mengeluarkan air mata karena terharu, saat itulah mereka berdua saling menjalin cinta. Setelah 1 tahun berpacaran mereka berdua akhirnya memutuskan untuk menikah di salah satu gedung diaerah Jakarta Pusat.


TAMAT
Created By: @Kentun666 (Fitriyanto)

30 Juni 2014

0 komentar:

Posting Komentar